Berawal dari obrolan dengan seorang teman di Kolam Teratai (mami Luna you’re the inspiration) tiba-tiba aku jadi teringat dengan kenangan masa kecilku. Lebih dari 20 tahun yang lalu aku ingat di kampung tempat tinggalku, sebuah desa kecil di Lampung sana, sempat kukenal seorang pria bernama Amiaw. Siapa sih si Amiaw ini sampai-sampai aku masih bisa mengingatnya hingga sekarang?
Si Amiaw ini kulihat hampir setiap hari, sewaktu aku sedang berada di toko papi di pasar. Yang masih teringat dalam bayanganku, Amiaw waktu itu berumur sekitar 40an tahun, berkulit putih bersih mengenakan pakaian lengkap walaupun hanya pakaian sederhana, tapi tanpa alas kaki. Yah Amiaw ini adalah salah satu korban orang-orang yang tidak bisa menerima adanya ‘anicca’. Konon Amiaw dulunya orang yang cukup kaya dan berada, entah karena apa tiba-tiba dia harus kehilangan semuanya. Karena tidak memahami ‘anicca’, Amiaw tidak bisa menerima perubahan yang terjadi pada hidupnya, kehilangan yang harus dia alami, sehingga berujung pada hilangnya akal sehat dan kesadaran. Sangat disayangkan, dan tak bisa kita pungkiri bahwa banyak orang-orang seperti ini di sekitar kita, yang terlalu melekat pada satu kondisi yang menyenangkan, dan saat perubahan itu datang, orang-orang ini tidak siap menghadapinya.
Walaupun masuk dalam golongan orang yang tidak waras, latar belakang Amiaw masih terlihat dari tingkah lakunya, gaya bangsawan-nya membuat dia tetap tampil bersih dan dia tidak pernah teriak-teriak ataupun membuat kekacauan. Amiaw hanya diam seribu bahasa dan yang dilakukannya setiap hari adalah berjalan dan berjalan. Lalu apa yang membuat si Amiaw ini begitu istimewa sampai bisa memberikan inspirasi buatku? Setiap hari Amiaw melakukan aktivitasnya, yaitu berjalan, Amiaw berjalan dalam diam, seolah dia ingin mencapai suatu tujuan. Tapi eeeh… tunggu dulu… kenapa setelah dia maju 3 – 4 langkah lalu dia mundur lagi 2 – 5 langkah? Hm… inilah istimewa-nya si Amiaw… karena seolah diliputi kebingungan, Amiaw selalu berjalan maju dan mundur!
Coba kalau kita pikir, bagaimana ia bisa sampai di suatu tempat kalau dia jalan maju mundur seperti itu? Itu seolah-olah hanya jalan di tempat saja bukan? Pastilah kita akan berpikir seperti itu, tapi ternyata kita salah! Aku salah! Amiaw tidak hanya terlihat di sekitar pasar di kampung ku, tapi kadangkala aku bisa melihatnya di kampung sebelah, yang jauhnya bisa ditempuh dalam waktu 15 – 20 menit kalau menggunakan mobil!
Hei… ini jadi membuatku berpikir… aku menarik pembelajaran dari gerak-gerik si Amiaw ini…. Dalam hidup kita seringkali mengalami kegagalan, saat kita melangkah maju dan gagal, apa yang kita lakukan? Saat kita melangkah maju dan harus dipaksa mundur, apa yang kita perbuat? Ternyata kita tidak boleh diam dan menyerah! Kadangkala justru langkah mundur itu kita butuhkan. Belajar Dharma ajaran Buddha buat sebagian orang terasa sangat sulit, untuk belajar teori nya saja sulit, apalagi mempraktikkan meditasi! Tapi kita tidak boleh menyerah… pukulan mundur satu dua langkah kadangkala harus kita alami, tapi setelah itu kita harus tetap melangkah maju. Maju terus dan maju dan kita tidak akan diam di tempat, walaupun mungkin lebih lambat dari teman-teman kita yang lain, tapi percayalah dengan ketekunan dan tekad yang kuat, suatu hari kita akan bisa mencapai tujuan itu.
Dan Amiaw sudah membuktikannya!
Seperti pesan terakhir guru kita Buddha: ”APPAMADENA SAMPADETHA”, Berjuanglah terus dengan penuh kesadaran!
Kudedikasikan tulisan ini untuk Amiaw, sosok yang memberi inspirasi, tak terbatas seperti apapun kondisinya, semoga ia bisa terlahir di alam yang lebih baik.
Leave a Reply