Feeds:
Posts
Comments

Archive for July, 2009

PH02474J
Tersebutlah si monster ‘aku’, yang tinggal di dalam diri manusia.
‘aku’ ini suka sekali maen petak umpet, bersembunyi dan muncul sesuka hati.
‘aku’ bisa menjadi begitu besar, walau kadangkala juga ia mengecil.
Tanpa disadari oleh manusia, si ‘aku’ memegang kendali.

Buat ‘aku’, segala sesuatu haruslah sesuai dengan keinginannya.
Keluarga, sahabat, lingkungan, semua harus mengikuti maunya.
‘aku’ jarang sekali mau mengalah, kalau bisa, ia selalu jadi yang terbaik dalam segala hal.
‘aku’ sangat suka bila dipuji, dan menjadi sedih saat tak ada seorang pun yang perduli.

‘aku’ kadangkala melukai hati yang lain, tetapi tetap ‘aku’ tidak perduli.
Bahkan maaf pun rasanya berat untuk ‘aku’ sampaikan.

‘aku’ selalu merasa sudah sepantasnya mendapatkan apa yang ia dapatkan.
‘aku’ menganggap semua adalah miliknya dan selamanya akan jadi miliknya.
Itu membuat ‘aku’ menjadi selalu tidak pernah merasa puas.
Tanpa disadari kian hari ‘aku’ menjadi bertambah buruk dan menyeramkan.
Sayangnya ‘aku’ tidak pernah menyadari betapa buruknya ’aku’.

Sampai suatu kali ‘aku’ tidak mendapatkan apa yang ‘aku’ mau.
Biasanya itu hanya membuat ‘aku’ marah dan kecewa yang menjadikannya lebih buruk.
Tetapi kali ini sebuah ’kehilangan’ membuat ‘aku’ larut dalam kesedihan.
Sampai air matanya yang jatuh berlinang menggenang menjadi sebuah kolam.

Untuk pertama kalinya ‘aku’ melihat pantulan dirinya di kolam itu.
Betapa terkejutnya ‘aku’! Betapa buruk rupanya ‘aku’!
Sesaat ‘aku’ berpikir, seandainya ‘aku’ mengubah diri menjadi lebih baik, mungkin ‘aku’ tidak akan menjadi seburuk ini.

Lalu ‘aku’ mulai berbuat kebaikan, ‘aku’ belajar untuk bersabar.
‘aku’ banyak mengalah, ‘aku’ mencoba membantu dan menyenangkan siapa saja.
Tapi apa yang terjadi? Oh tidak!! ‘aku’ bertambah buruk lagi!
Rasanya ‘aku’ ingin menjerit! Apa yang salah?!

‘aku’ ingin lari, tapi ‘aku’ terpenjara, tidak bisa kemana-mana!
‘aku’ ingin berteriak tapi percuma tak ada yang akan mendengar!
‘aku’ ingin minta tolong tetapi tak tahu kepada siapa!

Sampai ‘aku’ merasa lelah dan mencoba untuk diam, diam di dalam keheningan.
Bertanya kepada dirinya, mengapa ‘aku’ malah bertambah buruk?
Ternyata apa yang ‘aku’ lakukan hanya didasari keinginan untuk mendapatkan perhatian.
Ternyata ‘aku’ mengharapkan pujian dan pengakuan yang justru memperjelas eksistensinya.

Lama ‘aku’ merenung…
Dalam diam akhirnya ‘aku’ melihat, bahwasanya seharusnya tidak pernah ada ‘aku’.
Selama ini ‘aku’ terbentuk oleh keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan.
Sebuah kesombongan yang mencoba memunculkan eksistensi ‘aku’.
‘aku’ tidak akan pernah menjadi cantik, ‘aku’ akan selalu buruk…
Dengan begitu sampai kapanpun ‘aku’ hanya akan menderita…
Dan untuk itu ‘aku’ harus dilenyapkan!

Sayangnya monster ‘aku’ terlanjur terbentuk…
Dan untuk melenyapkannya bukan hal yang mudah.
Kadangkala dalam kondisi yang tidak menyenangkan si ’aku’akan muncul.
Begitupula saat senang, ’aku’ pun masih ada.

‘aku’ masih harus berjuang dengan mencoba mengamati dirinya.
Menyadari setiap saat akan ‘aku’ yang seharusnya tidak pernah ada.
Sampai suatu hari nanti… kan didapati bahwa tiada lagi ‘aku’…

Jakarta, 21 Juli 2009

~Jen~

Read Full Post »