Dalam hidup ini kita seringkali menerima suatu penolakan dari orang lain. Penolakan dari suatu keinginan ataupun harapan kita. Yang namanya penolakan tentunya menyakitkan, karena kita tidak mendapatkan apa yang kita mau.
Menerima suatu penolakan tidaklah mudah, butuh kebesaran jiwa dan hati yang lapang. Tidak sedikit orang yang menjadi sedih, kecewa, marah dan patah hati karena penolakan. Tetapi ada juga yang pantang menyerah untuk mencoba lagi demi memperjuangkan apa yang mereka mau.
Aku sendiri bukan orang yang bisa dengan mudah menerima penolakan, karena itu biasanya aku tidak memulai sesuatu yang tidak pasti yang mungkin mendatangkan penolakan. Bukan karena aku terlalu sombong, bukan, tapi aku terlalu takut untuk terluka…
Beberapa hari yang lalu, dengan mengumpulkan keberanianku, aku melakukan suatu hal yang sekarang kuyakini sebagai kebodohan. Ini kebodohan yang kedua kalinya yang kulakukan, setelah apa yang kulakukan lebih dari setahun lalu. Kebodohan yang kurang lebih sama, yang membuatku merasa itu bukan aku yang melakukannya…. Entahlah darimana datangnya keberanian itu, keberanian untuk mengungkapkan isi hatiku. Mungkin karena ketakutan dalam hatiku, bahwa ini bukanlah cinta, hanya rasa penasaran belaka, dan aku butuh kepastiannya, ataukah karena aku sudah lelah menunggumu?
Untuk kedua kalinya, dan harusnya sejak yang pertama, kusadari bahwa kenyataan tidaklah seperti yang aku harapkan. Tetapi seolah aku butuh kepastian, untuk memulai langkahku tanpa bayanganmu, dengan berat hati aku melakukannya…. Bukan hal yang mudah buat diriku untuk melakukannya, apalagi harus menerima kenyataannya. Kadangkala ada sedikit sesal di hati, tapi waktu tak bisa diputar kembali, dan aku harus menghadapi kenyataannya saat ini….
Di sisi lain, aku berusaha untuk tidak menyesalinya, karena untuk melangkah maju, mungkin ini adalah rintangan terberat pertama yang harus kuatasi, bagaimana mengubah perasaan ini menjadi cinta yang universal, tanpa keinginan untuk memiliki ataupun rasa sakit hati….
Karenanya tiada yang ketiga, cukup sudah aku belajar dari dua yang lalu. Aku pasti bisa melangkah maju, tanpa bayanganmu. Yang tersisa darimu hanyalah masa lalu, yang indah hanya sebatas untuk dikenang….