Feeds:
Posts
Comments

Archive for July, 2018

Hidup ini penuh dengan ketidakpastian. Pepatah bijak mengatakan bahwa yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Apa yang akan terjadi beberapa tahun ke depan, apa yang terjadi esok, apa yang akan terjadi satu jam ke depan, bahkan apa yang akan terjadi sedetik kemudian, tidak ada seorangpun yang tahu.

Ketidakpastian ini seringkali menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran dalam diri kita manusia. Kita seringkali memiliki banyak perencanaan untuk masa yang akan datang, rencana-rencana yang pastinya kita harapkan dapat berjalan sesuai yang kita pikirkan. Namun kenyataan seringkali berkata lain. Apa yang sudah direncanakan sebaik mungkinpun seringkali tidak terjadi sesuai apa yang diharapkan. Inilah ketidakpastian.

Lalu bagaimanakah seharusnya kita menyikapi ketidakpastian ini? Bagaimana kita mengatasi kekhawatiran yang timbul karenanya?

Dua bulan ini, setelah kembali ke Indonesia, tentunya yang saya lakukan adalah berusaha secepatnya mendapatkan pekerjaan. Selama ini boleh dibilang saya terhitung mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Dan karena hal inilah mungkin saya jadi terlalu percaya diri dan berani mengambil keputusan keluar dari pekerjaan saya setahun yang lalu. Ditambah perhitungan waktu yang sudah saya rencanakan dengan baik, saya sangat yakin sekembalinya ke Indonesia saya akan dapat segera bekerja. Namun kembali lagi, karena hidup adalah ketidakpastian, begitupula hidup yang saya jalani. Siapa yang bisa menjamin apa yang sudah saya rencanakan bisa berjalan mulus. Meskipun ada beberapa panggilan kerja, bahkan yang sudah sampai tahap akhir, toh nyatanya sampai hari ini saya masih pengangguran.

Kenyataan ini membuat saya merenungi akan ketidakpastian hidup. Dalam proses menunggu ini saya menyadari kekhawatiran yang mulai saya rasakan. Kekhawatiran ini jelas sangat mengganggu karena di lain sisi saya menyadari tidak seharusnya kita hidup di dalam kekhawatiran. Kita seharusnya “pasrah” dalam menjalani hidup ini. “Pasrah” saya beri tanda kutip, karena “pasrah” di sini bukan berarti kita hanya berdiam diri ataupun menyerah. “Pasrah” atau saya lebih suka pakai istilah Jawa “nrimo” dan “legowo” adalah kondisi dimana batin tidak dipengaruhi kekhawatiran akan apa yang terjadi di kemudian hari. Ini adalah pengertian yang saya buat sendiri untuk diri saya sendiri. Kondisi ini adalah dimana kita sudah berusaha sepenuh hati, merencanakan sebaik mungkin, tapi tetap hasil akhir atau apa yang akan terjadi kita serahkan pada kuasa “Tuhan” sang Maha segala.

Dalam penantian akan ketidakpastian ini saya merasa “Tuhan” tengah mengajari saya untuk hidup di saat ini, hidup dengan “pasrah” di dalam ketidakpastian. Kehidupan ini bukanlah hitungan matematika dimana satu ditambah satu adalah dua seperti yang sudah disepakati oleh manusia. Hidup ini adalah sebuah misteri yang seringkali memberikan kita manusia begitu banyak kejutan. Yang harus saya lakukan adalah bersiap untuk setiap kejutan yang akan saya terima sambil tetap “hidup di saat ini”. Menghargai setiap detik waktu yang saya lewati dengan sebaik mungkin, dengan melakukan hal-hal yang berguna bagi kehidupan ini.

“Tuhan” selalu punya cara-Nya sendiri untuk menegur, mengajari, dan mencintai kita manusia. Dan saya sangat bersyukur bahwa hingga detik ini saya masih menerima pelajaran-pelajaran itu yang tentunya sangat berguna bagi saya dalam menempuh “perjalanan” ini…

Bangka, 25 July 2018

~Jen~

17.55 WIB

Read Full Post »