Feeds:
Posts
Comments

Archive for February, 2010

Kesempatan Kedua


Satu tarikan nafas…kuhembuskan perlahan-lahan…berulang kali, lagi dan lagi… Merasakan setiap kesegaran udara yang masuk dan kelegaan saat menghembuskannya ke luar…

Seringkali aku bertanya di dalam hati, entah kepada siapa pertanyaan ini seharusnya kuajukan…entah siapa yang bisa memberikan jawaban atas tanya yang kerap mengusik diri ini… sebuah pertanyaan yang seringkali membuatku bersedih tetapi sekaligus merasa gembira dan bersyukur… sebuah tanya… mengapa aku masih bernafas hingga detik ini?

Semua orang bisa melakukan kesalahan, entah sebesar apapun atau sekecil apapun. Sayangnya akibat dari kesalahan itu berbeda-beda, seringkali kesalahan kecil mendatangkan malapetaka yang besar dan penyesalan yang tidak bisa tergantikan. Sebaliknya sebuah kesalahan besar bisa saja seolah tidak mendatangkan akibat apa-apa, seolah masih bisa dimaafkan… Kenyataan ini seringkali menimbulkan rasa tidak puas, seringkali menimbulkan tanya atas nama sebuah keadilan.
Kesempatan kedua, yah… sebuah kesempatan kedua yang diberikan setelah sebuah kesalahan dilakukan, kesempatan kedua yang sangat jarang sekali bisa kita dapatkan di dalam hidup ini…

Melihat kembali ke masa lalu, melihat diriku yang dulu rasanya tidak percaya kalau aku bisa menjadi seperti sekarang, terlebih setelah kebodohan yang aku lakukan dulu sekali… Tetapi banyak orang mengatakan kalau hidup adalah serangkaian proses, sebuah proses yang bisa menjadikan seseorang menjadi lebih baik atau sebaliknya menjadi lebih buruk, tergantung dari pilihan masing-masing orang itu sendiri, karena hidup ini juga sebuah pilihan. Aku menyadari, tanpa tumpukan karma baik di kehidupan lampauku, tidak mungkin aku mendapatkan kesempatan kedua… tidak mungkin aku bisa jadi seperti sekarang ini, begitu banyak ‘penolong’ dalam hidupku, begitu banyak hal-hal yang membuatku menjadi seorang manusia seperti saat ini.

Seorang teman mengatakan tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, semua terjadi karena ada sebabnya. Bukan kebetulan juga bila aku mendapatkan kesempatan kedua, dan aku percaya kesempatan ini diberikan kepadaku agar aku bisa memperbaiki kesalahan yang sudah aku lakukan. Bisa menyadari segala kesalahanku, bisa memperbaiki diri, bisa menyembuhkan segala luka yang pernah tergores di hatiku, dan yang terpenting bisa mengerti tujuan hidupku saat ini dan nanti, semua itu bukan suatu kebetulan, semua itu bukan diperoleh dalam semalam, dan aku bersyukur karenanya. Aku bersyukur atas pilihan yang sudah aku buat selama ini yang membawaku kepada diriku sekarang.

Kadangkala sempat terlintas di benakku, seandainya tidak pernah ada kesempatan kedua, takkan pernah ada aku hari ini, masih mungkinkah aku mengenal Dhamma ajaran Sang Buddha? Masih adakah kesempatan buatku untuk mencapai apa yang menjadi tujuan hidupku? Aaahhh… segala kesalahan harusnya hanya sebagai pembelajaran, bukan sebagai sesuatu yang harus disesali berlarut-larut. Aku menyesal telah melakukan kebodohan itu, ya aku menyesal, tetapi saat ini aku sudah memaafkan diriku sendiri, dan belajar dari kesalahan itu. Masa lalu hanyalah sebuah kenangan, baik ataupun buruk. Kita tidak seharusnya hidup dalam kenangan, semua kenangan itu hanyalah pembelajaran untuk kita saat ini.

Sekarang aku hanya ingin berbahagia, merasakan keindahan hidup, menikmati hidup saat ini, di setiap detiknya, di setiap nafas yang masih aku hembuskan… Karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan kedua… karena kesempatan kedua ini begitu tak ternilai harganya, untuk itu aku bertekad tidak akan menyia-nyiakannya! Kesempatan kedua ini, yang sudah diberikan kepadaku, semoga bisa kumanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan hidupku saat ini, nanti dan selamanya…


Di tengah rasa syukur atas nafas yang masih bisa kurasakan hingga detik ini, dan pelajaran berharga atas kesalahan masa laluku, semoga tekadku bisa terwujudkan di kehidupan ini dan banyak kehidupanku selanjutnya…


“May I be a lamp for those who seek light, a bed for those who seek rest, and may I be a servant for all beings who desire a servant.” ~Shantideva~


Jakarta, 28 February 2010
~Jen~

Read Full Post »


Aku punya sebuah kegemaran, yang mungkin sedikit agak tidak lazim. Aku juga tidak tahu kapan awalnya aku mulai menyukai hal ini, mungkin sejak lebih dari 10 tahun yang lalu, saat aku menjadi mahasiswi dan menetap di Jakarta. Seringkali pulang malam karena terlibat berbagai kegiatan atau sekedar hang out dengan teman, menimbulkan satu kegemaran baru buatku. Di dalam mobil yang melintasi jalan-jalan layang ibu kota di malam hari, ada yang menarik perhatianku. Aku selalu memandang keluar jendela dan melihat ke arah lampu-lampu jalan ataupun lampu-lampu gedung bertingkat. Ada perasaan yang tidak bisa kulukiskan dalam hatiku. Rasa senang, rasa damai, sendiri tapi tak sepi, dan aku betul-betul menikmati pemandangan malam dengan lampu-lampu kecil berwarna-warni itu.

Biasanya aku diam, tak banyak bicara, hanya memandangnya, menikmatinya, melebur di dalamnya, seolah aku berada di dunia tiada berbatas, yang gelap dan dingin, namun ada kehangatan kecil di sana, ada sinar-sinar yang memberikan perasaan damai, yang menghilangkan rasa takut ataupun kesendirianku saat berada di ruang tak berbatas itu.

Aku jadi sangat menikmati ritual ini, tiap kali pulang malam dan melewati jalan-jalan layang ibu kota, selalu kupalingkan wajahku ke luar jendela mobil, melebur di dalam kegelapan dan dinginnya malam, dan merasakan kehangatan dari sinar-sinar kecil itu. Lucunya karena begitu menyukai hal ini sempat aku berseloroh dengan temanku, aku ingin cari pacar hanya karena aku ingin diantar keliling kota malam hari, untuk menikmati hobbyku ini ☺.

Sudah lama sekali, aku jarang bisa menikmati hobbyku ini, karena tentunya aku sudah jarang pulang malam, atau kalaupun pulang malam situasinya tidak memungkinkan aku untuk menikmati hobbyku itu. Dan satu hal lagi, sayangnya sampai detik ini aku belum menemukan orang yang tepat yang mau mengantarku keliling kota di malam hari ☺.

Namun beberapa waktu yang lalu, aku harus pulang malam naik ojek dan ternyata melewati jalan layang. Kembali setelah sekian lama, akhirnya aku bisa menikmati suasana malam dengan lampu-lampu kecil yang begitu indah. Dulu aku sangat takut naik motor dan cenderung memejamkan mataku kalau motor melaju dengan kencang. Lama-lama setelah terbiasa, aku lebih suka membuka mataku untuk menikmati jalanan yang kulewati. Begitu juga malam itu, saat melewati jalan layang, aku membuka mataku lebar-lebar dan kembali merasakan diriku melebur ke dalam langit malam yang gelap. Kali ini tiada lagi kaca jendela mobil yang menjadi penghalang, aku benar-benar merasa menyatu dengan gelap dan luasnya langit malam, di atas motor yang melaju kencang.

Kutolehkan kepalaku ke kanan, melihat titik-titik kecil lampu gedung dan lampu jalan yang banyak dan bersinar di tengah kegelapan malam. Ah… betapa indahnya, perasaan senang ini tak terlukiskan. Sedetik kemudian aku menyadari, mengapa aku begitu menyukai hal ini, mengapa selalu ada perasaan damai terselip di dalam hati walau gelap dan dingin menyelimuti.

Langit malam ini, layaknya samsara, begitu gelap, dingin dan menyakitkan, berulang kali, lagi dan lagi, kita manusia masih terjebak di dalamnya. Begitu pula batin ini, selama masih berada dalam samsara, kegelapan masih menyelimuti di sana. Tetapi, hei… begitu banyak sinar-sinar kecil yang membawa kehangatan, tanpa lelah berusaha memberikan terang di tengah kegelapan, karena itulah ia tampak begitu indah. Sinar-sinar itu adalah benih ke-Buddha-an di dalam hati kita masing-masing, setitik sinar harapan di tengah gelapnya dunia. Yah… itulah yang kurasakan, itulah yang membuatku tetap hidup hingga detik ini, sebuah sinar, setitik kecil harapan, bahwa suatu saat nanti ia akan dapat bersinar begitu terangnya hingga menghalau kegelapan untuk selamanya.

Sinar kecil ini, membuatku tidak merasa sepi ataupun sendiri, walau berada dalam dingin dan gelapnya samsara. Tentu saja, karena ‘Buddha’ selalu ada di sana, di dalam hatiku, sejak dulu, sekarang, nanti dan selamanya. ‘Buddha’ di dalam hatiku, adalah setitik harapan yang membuatku tidak berputus asa, yang membuatku selalu merasakan kedamaian, dan yang pasti membuatku yakin serta percaya, bahwa suatu hari nanti, gelap ini akan berlalu…

Jakarta, 9 February 2010
~Jen~

Read Full Post »