Feeds:
Posts
Comments

Archive for June, 2010

There’s one ship, a strong elegant ship,
It sails across the continent,
It sails in the silence…

Alone, it’s passing through the storm,
Alone, it’s struggling through the darkness,
Alone, it has no fear at all…

Sail…sail…and sail…
It never feels tired,
Coz it knew what it has to do,
Coz it knew that it’s chasing the dream…

Sail…sail…and sail…
It’s been a long time,
and still it sails and sails cross the ocean…

Sail…sail…and sail…
Where does it sail?
No one knew its destination,
And it never knew when the journey is ended…
It just let itself flows…
Follow the wind blows…

Only one thing it believes deep in its heart,
The wind will bring it to one place,
A place where it will be stay forever,
A place it called home.


One day the ship will find its harbour…

Jakarta, 8 June 2010 05:00 pm
~Jen~

Read Full Post »

M-A-R-R-I-A-G-E atau P-E-R-N-I-K-A-H-A-N, satu kata yang rasanya bisa jadi hal  yang paling sensitif buat sebagian orang terutama para perempuan ataupun pria single seusia saya yang sudah berkepala tiga. Sejujurnya buat saya pribadi, kata ini gak berarti apa-apa, karena memang saya tidak pernah memikirkan hal ini dan tidak terlalu perduli dengan usia saya yang sudah kepala tiga. Buat saya hidup ini biarkanlah mengalir, menikah, tidak menikah, itu adalah pilihan masing-masing orang, dan yang namanya ‘jodoh’, pasangan hidup, tentulah erat hubungannya dengan ‘karma’ masing-masing orang, walau inipun masih bisa diusahakan, bukan merupakan harga mati, karena segala sesuatu buat saya tergantung dari diri kita sendiri, yang di luar kita: lingkungan, orang lain, hanya merupakan faktor pendukung terlaksananya saja.

Bicara soal pernikahan, buat perempuan yang sudah berkepala tiga seringkali dipenuhi kekhawatiran, mengapa sampai sekarang belum mendapat jodoh, ditambah jumlah populasi wanita yang lebih banyak daripada pria, pastinya mereka bertambah was-was, walaupun sejujurnya banyak juga pria di atas usia tiga puluh yang masih belum menikah, tapi mungkin kecemasan mereka tidak sebesar kecemasan para perempuan. Saya memahami hal ini, sangat memahami, tetapi kalau ditanya apakah saya termasuk salah satu dari perempuan-perempuan yang khawatir itu? Jawabnya dengan pasti, TIDAK, kenapa ‘tidak’? Banyak alasan, kenapa saya menjawab tidak, tapi ini adalah sebuah jawaban yang jujur. Saya tidak pernah khawatir di usia saya yang sudah kepala tiga ini saya belum menikah, bahkan berpacaran pun belum pernah. Rasanya aneh? Mungkin saja, karena sempat pula hal ini diutarakan oleh salah satu supplier kantor saya. “Aneh, mba belum pernah pacaran? Padahal kalau dilihat rasanya gak ada yang kurang, penampilan mba menarik dan cukup manis, enak pula diajak bicara dan cukup menyenangkan,” begitu kata perempuan tengah baya itu menilai saya yang baru satu kali itu bertemu dengannya dan berbicara selama kurang lebih 3 jam saja. Yah mungkin yang dibilang olehnya tidak sepenuhnya salah, walau juga tidak sepenuhnya benar, karena ‘penilaian’ itu sangat relatif. Tapi kembali lagi, untuk pacaran ataupun tidak pacaran itu adalah pilihan saya…

Saya jadi teringat, salah seorang teman pria saya sewaktu kuliah pernah bilang ke saya, para pria takut sama saya karena saya bisa melakukan segalanya sendiri. Mungkin yang dikatakannya tidak sepenuhnya salah, saya memang terbiasa mandiri, saya tampak tidak butuh bantuan orang lain, termasuk untuk pekerjaan yang biasa dilakukan pria, selagi bisa saya usahakan sendiri pasti saya kerjakan sendiri. Mungkin karena hal ini, karena pria memiliki gengsi yang tinggi, jadi mereka cenderung lebih menyukai perempuan yang tampak ‘lemah’ dan butuh bantuan mereka, agar mereka terlihat sebagai ‘super hero’? Mungkin… kembali lagi, ini sebuah penilaian, dan sangat relatif…

Yang jadi masalah sebenarnya saya memang sempat terpikir kalau hidup seorang diri, tidak menikah, akan lebih bebas. Lingkungan tempat saya tinggal, banyak memperlihatkan kejadian pahit dari kehidupan berumah tangga, jadi kalau mau dikatakan mungkin memang ada sedikit ‘trauma’ di diri saya akan kehidupan perkawinan. Tetapi selain itu, saya sendiri pada dasarnya lebih suka menyendiri daripada harus bergaul dan berhubungan dengan banyak orang. Pertanyaannya pernahkah saya jatuh cinta? Saya masih perempuan normal, dan pernah melewati masa remaja dan tentunya juga pernah merasakan jatuh cinta walau mungkin bukan benar-benar ‘cinta’ karena sampai sekarang sejujurnya dari hati kecil saya yang paling dalam saya merasa belum menemukan apa yang disebut ‘cinta’ itu. Dan tak banyak kali saya jatuh cinta, karena saya memang bukan orang yang mudah jatuh cinta.

Kembali ke masalah M-A-R-R-I-A-G-E, mengapa saya menulis ini, karena belakangan ini agak risih saya mendengar pertanyaan ‘Kapan married?’ yang kerap ditanyakan oleh teman-teman dan orang-orang di sekeliling saya, padahal mami saya sendiri tidak pernah menanyakan hal ini. Tapi selain karena pertanyaan itu, ada satu kejadian yang membuat saya menulis tentang hal ini. Sebuah peristiwa, sebuah cerita yang disampaikan seorang yang mungkin tak perlu saya sebutkan namanya, yang tampak sebagai hal biasa saja, cerita yang sekedar untuk mencairkan suasana saat dalam perjalanan, tetapi buat saya ini bukan sekedar cerita biasa. ‘Tuhan’ selalu punya cara tersendiri untuk ‘memberitahu’ saya, ‘menasihati’ saya, melalui berbagai cara yang mendatangkan ‘pencerahan’ ataupun ‘teguran’ untuk saya.

Cerita ini tentang seorang perempuan, yang bekerja di luar negeri, karena masih muda dan menyukai bepergian, ia tidak pernah berpikir untuk menikah, berpacaran pun tidak. Dia sangat menikmati hidupnya yang bebas dan cukup bahagia menurutnya, bisa bepergian ke tempat-tempat yang indah setiap akhir minggunya, tanpa harus memikirkan banyak hal di rumah. Sampai ia kembali ke negaranya sendiri, melihat teman-temannya masih sama seperti dulu, sementara ia yang sudah melihat dunia luar, berharap teman-temannya dapat lebih maju sesuai ekspektasinya. Tak puas dengan apa yang ada, ia melanjutkan kuliah sambil bekerja, mengambil gelar master bahkan dari kelas yang paling sulit. Sehari-hari diisi dengan kesibukkan bekerja dan belajar, sampai saat kelulusan tiba semua rekan satu kuliahnya merayakan kelulusan dengan keluarga masing-masing dan tinggallah ia seorang diri. Semula ia mencoba merayakannya dengan mengajak teman satu apartment-nya makan, namun apa mau dikata si teman sudah janji menjenguk saudaranya yang sakit, tanpa tahu maksud di balik ajakan tersebut. Maka benar-benar tinggallah ia seorang diri, merayakan kelulusannya di apartemennya seorang diri. Saat itulah ia baru menyadari, apa yang sebenarnya ia cari selama ini? Apa gunanya yang ia lakukan selama ini? Dan ia menangis…. saat itu mungkin ia baru menyadari betapa ia sebenarnya kesepian. Dan di dalam isak tangisnya ia berdoa, seandainya memang ia harus menikah, sekiranya ‘Tuhan’ bisa membawa seorang pria ke hadapannya. Tapi ia sendiri menyadari bahwa ia tidak bisa hanya ‘menunggu’, ia tahu ia seharusnya banyak berteman dan mungkin pergi kencan.

Singkat cerita, suatu kali teman satu apartment-nya membawa teman-teman kantornya ke apartment mereka, dengan maksud mengenalkan ia dengan salah seorang dari mereka. Pria ini sudah berpacaran untuk waktu yang lama, dan beberapa kali sudah merencanakan untuk menikah, walau sayang akhirnya harus berakhir dengan perpisahan. Setelah pertemuan pertama itu, beberapa kali mereka pergi untuk sekedar menonton atau jalan bersama teman-teman lainnya. Belum lewat setengah tahun dari pertemuan mereka, perempuan ini harus kembali meninggalkan negaranya karena mendapatkan penempatan di luar negeri. Ia menyampaikan hal ini kepada si pria, dan pria itu bersikeras untuk mengantarkannya ke bandara. Saat hari keberangkatan tiba, itulah untuk pertama kalinya mereka hanya berdua saja, mengobrol banyak tentang keluarga dan hal-hal lainnya, tanpa saling berhadapan tentunya, sebab si pria sambil mengendarai mobil. Hubungan mereka yang terpisah jarak berlanjut melalui email dan sms, sampai ketika ia pulang ke negaranya untuk liburan, si pria berkata padanya bahwa dirinya ingin agar si perempuan menjadi ibu dari anak-anaknya. Saat itu si perempuan sudah berumur tiga puluh empat tahun dan ia hanya merasa bahwa doa nya sudah terjawab, seorang pria telah hadir di hadapannya, dan ia akan menjalani sebuah kehidupan pernikahan. Seperti yang sudah bisa ditebak, cerita berakhir dengan happy ending.

Mendengar cerita ini, saya jadi teringat, dulu saat kuliah, seorang sahabat pernah menasihati saya agar saya mencari pacar dan membuka diri. ”Sekarang mungkin kamu masih bisa tertawa-tawa karena masih banyak teman di sekeliling kamu, tapi nanti sepuluh tahun ke depan, kamu baru akan merasakan, semua teman-temanmu sudah berkeluarga dan kamu tertinggal sendiri,” begitu nasihatnya kepada saya. Waktu itu saya hanya tertawa, tidak salah walau tidak sepenuhnya benar, karena kembali lagi hal ini relatif tergantung siapa yang mengalaminya.

Tetapi saat ini, setelah cerita perempuan itu, saya menyadari ada sebuah hikmah yang harus saya petik, ‘Dia’ berbicara kepada saya melalui cara-Nya. Jadi sekarang bila ditanya sebenarnya apa pilihan saya, menikah ataukah tidak? Jawabnya….?

~ o ~

Saya selalu membayangkan akan ada tiga orang anak dalam kehidupan saya, seorang perempuan dan dua orang anak laki-laki kembar…

Semoga memang demikian adanya…

~ o ~

With or without you, my life still goes on…

With or without you, I have to go through this journey…

With or without you, I’ll chase my dream…

But…with you, my life will be complete…

In my faith I believe that one day I’ll find you…

In my faith I believe that one day you’ll find me…

And together we’ll share the joy and sorrow…

I’ll share my dream with you and so do you…

Together we go through this journey, as we did before,

a very long time ago…

It’s only about time, as you and I will fight for it…

It’s only about time…

Jakarta, 5 Juni 2010 ~ 12:08 am

~Jen~

Read Full Post »

Udah lama banget gue gak nulis… banyak banget yang pengen gue tulis tapi entah kenapa rasanya selalu ada yang melarang gue melakukannya karena ‘belum saatnya’… Tapi hari ini pengen banget gue nulis, karena kembali lagi gue susah ngomong, hehehe… so funny, some of my friends may say that I’m ’bawel’ enough, but to tell you the truth, this is the true J-e-n-n-i-f-e-r, a 30 years old woman who is chasing her dream…

Kali ini gue pengen nulis, soal diri gue, gak banyak yang tau gue sedalam-dalamnya, mungkin termasuk nyokap gue tercinta, apalagi almarhum bokap yang bahkan nama bener gue aja doi lupa…hihihi sorry ya pi, dibawa-bawa, abis tadi pagi mimpi papi sih. Benernya gue nulis kali ini karena gue lagi ngerasa sedih, gue sedih karena apa? Kadang gue juga gak tau sebabnya, terlalu banyak yang gue pikirin sampe capek betul rasanya gue, tapi ya itulah gue… aduh untung aja lagi kagak ada bos di kantor, n gue duduk di pojokan, dari tadi gue udah nangis dan lucu nya gue gak tau gue nangis kenapa, ya pengen nangis aja rasanya, atau mungkin karena denger lagu mandarin dengan irama dan arti yang sedih ya? Hm… emang dasarnya gue cengeng sih…

Jennifer itu rada sombong, gitu kata nyokap tentang gue hanya karena gue jarang banget bisa negur orang duluan. Yah…mungkin ya mi, tapi mami tau gak kalau gue tersiksa banget saat berhadapan dengan orang baru, di otak dan hati gue ini dah banyak kata-kata pengen gue keluarin buat sekedar say hi ataupun yang lainnya, tapi sayangnya semua cuma sampe di kerongkongan dan kagak berhasil buat pita suara gue bergetar dan mulut gue terbuka sehingga keluar kata sapaan dari bibir gue… dan gue gak suka ini, jujur gue gak suka, karena rasanya tersiksa banget… tapi entah kenapa selalu jadinya begitu… Dan karena itu pula gue jadi suka nulis, karena tangan gue jauh lebih cekatan daripada mulut gue…

Tapi gue menyadari kelemahan gue satu ini bisa menghambat gue, mungkin gue jadi melewatkan banyak kesempatan, bahkan hanya untuk sekedar mendapat seorang teman baru. Karena itu pula gak banyak orang-orang yang gue anggap teman, sekalipun mungkin kalo loe liat di facebook ‘friend’ gue sampe 500an, tapi sejujurnya gak semua ‘teman’ buat gue… sebagian mungkin hanya sekedar kenal, sebagian karena sesama satu sekolah, satu kampung, satu kantor, dan banyak alasan lainnya. Kadangkala gue merasa gue ini orang yang complicated, berpikir terlalu ribet dan gak mudah dimengerti. Karena ini gue jadi mikir gue orang yang ‘aneh’ dan ‘beda’ dari temen-temen gue yang lain. Walau akhirnya gue menyadari ini semua kadangkala ‘persepsi’ gue sendiri, tapi kebiasaan yang sudah berlangsung dari gue kecil ini sudah membentuk karakter gue…

Benernya gue gak tau mo ngomong apa lagi, gue lagi gak konsen banget, bahkan untuk menulis ini pun rasanya bahasa gue udah berantakan banget, tapi gue cuma pengen nulis… ada yang bikin gue lagi sedih, mungkin karena dalam waktu dekat ini ada orang-orang yang mungkin bisa gue bilang teman yang akan pergi jauh dan belum tentu bisa gue temuin lagi. Pertemuan ataupun perpisahan, gue yakini merupakan ‘jodoh’, seperti yang pernah gue tulis, mungkin gue akan tampak berlebihan, karena toh orang-orang itu pun sebenarnya tidak terlalu dekat dengan gue. Tapi buat gue kehadiran mereka punya arti tersendiri. Mungkin karena gue gak gampang berteman tadi, jadi kehilangan yang ada di depan mata membuat gue cukup bersedih.

Rasanya ini efek gak tidur semalaman, kebiasaan gue yang entah kenapa hanya bisa tidur 2 – 3 jam aja, tidur jam 10 semalam bikin gue terbangun jam 12 tengah malam dan gak bisa tidur lagi sampai jam 5 pagi. Gue gak ngerasa ngantuk sama sekali, mungkin karena terlalu lelah, atau otak gue banyak pikiran yang gak gue sadarin, seringkali gue begini. Mencoba tidur jam 5 pagi, malah bikin gue mimpi aneh-aneh, mulai mimpi bokap, tapi sejujurnya gue seneng, dah lama banget gak mimpi ketemu bokap, apalagi di mimpi bokap senyum, setidaknya gue tau dia baek-baek aja, sampe ngigau teriak-teriak manggil nyokap, dan paling parah mimpi dikejar-kejar, sampe capek gue… Kurang tidur, capek badan dan pikiran bikin gue ngoceh gak jelas gini, tapi sekali lagi gue cuma pengen ngoceh aja, biar lega ati gue, karena kalau gue diemin ini semua kata-kata akan muter-muter lagi di otak gue bikin tambah penuh isi otak gue.

Ampir jam 3, ini gue tulis dari pagi, sempet berhenti makan siang, nyambung nulis lagi… gila gak efektif banget kerja gue hari ini… dengan otak lagi begini emang gak bisa dipake mikir, lebih baik emang gue keluarin semua dulu isinya sampe cukup space nya buat isi hal-hal yang penting dan berguna karena emang memory gue terbatas… tarik napas dalam-dalam, 1…2…3… hembuskan, biar hilang semua hal-hal yang gak penting ini… masih banyak yang harus gue kerjain, hal penting di depan mata, impian gue yang masih harus gue perjuangkan… gue gak boleh menyerah dan bermalas-malasan… semoga segala penat ini segera berlalu…

Jakarta, 1 Juni 2010

~Jen~

Read Full Post »