Feeds:
Posts
Comments

Archive for September, 2008

Tak Harap Kembali

“Tak Harap Kembali”,  judul tulisan ini sudah lebih dari 3 bulan berada dalam draft dan entah kenapa sebagian kata-kata yang sudah kutulis belum bisa kuselesaikan. Tapi hari ini aku rasa aku bisa menyelesaikannya dan aku tau apa yang harus kutulis selanjutnya….

Hari ini sebuah peristiwa membuatku teringat kembali akan makna kata-kata tersebut dalam kehidupanku. ‘Tak Harap Kembali’, sebuah kalimat pendek yang terdengar begitu sederhana tapi kalimat ini sudah menyadarkanku dan membawaku pada penerimaan atas doa-ku yang tidak terjawab dan atas segala harapan-harapanku yang mungkin tidak semua dapat terwujudkan.

Entah sejak kapan dimulainya aku tidak pernah ingat, saat itu, setiap kali berdoa yang kuminta adalah ‘waktu’. Aku sendiri tidak pernah tau kenapa selalu ada kekhawatiran bahwa aku sedang berlomba dengan sang ‘waktu’…. Aku tidak meminta harta yang berlimpah, kesehatan ataupun kecantikan… saat itu di dalam setiap doaku selalu yang kuminta adalah berikan aku ‘waktu’, ‘waktu’ buatku untuk membalas budi kepada kedua orangtuaku, membahagiakan mereka… Aku pikir ini permintaan yang sederhana, tidak terlalu sulit kan, Tuhan?

Tapi saat kulihat jam arlojiku berhenti, hari itu, tanggal 23 Oktober 2002, tepat 25 tahun ulang tahun perkawinan perak orangtuaku, aku sudah merasa kalau aku kalah…. Tanggal 24 Oktober 2002 tepatnya, aku harus menerima kenyataan kalau harapanku tidak dapat kuwujudkan. Papi telah pergi untuk selamanya dan sang ‘waktu’ tidak pernah ada buatku agar aku dapat mewujudkan harapanku….

Aku marah pada Tuhan, aku berteriak padaMu, apakah yang kuminta terlalu sulit, Tuhan?

Untuk sekian lama aku tidak dapat menerima kenyataan bahwa papi harus pergi meninggalkan kami. Untuk sekian lama pula aku mempertanyakan jawaban atas doa-doaku…. Aku masih bersyukur, kemarahan tidak membawaku lari dan pergi meninggalkanMu….

Aku tenggelam dalam kesibukanku dan masalah-masalah dalam hidupku sepeninggal papi. Tapi tetap dalam hati kecilku ada yang hilang dan masih kupertanyakan…. Pertanyaan-pertanyaan itu membawaku pada pencarian yang aku sendiri tak tau apa…. mungkin aku hanya butuh sesuatu untuk mengisi kekosongan di hatiku, tempat dimana seharusnya papi berada….

Satu retret kulewati tanpa memberikan jawaban atas pertanyaanku, masih tersisa keraguan…. sampai akhirnya dalam satu pelatihan aku mendapatkan kesadaran itu…. Dalam doa tidak seharusnya kita berharap balasan, karena bila kita masih mengharapkan balasan, saat kita tidak memperolehnya, kita akan sangat kecewa…. Rasa kecewa inilah yang membawa kita pada perasaan ketidakadilan, ditinggalkan dan kemarahan, lalu menyalahkan pihak lain atas tidak terwujudnya harapan kita?

Belakangan aku mencoba memahami kata-kata itu lebih dalam, aku belajar mengenal ‘Tuhan’-ku, ‘doa’-ku…. Hingga akhirnya aku sampai pada pemahaman bahwa ‘doa’ ku adalah hidupku, segala perbuatan dan tindakanku, sehingga segala sesuatu yang kulakukan dalam hidupku, baik untuk diriku sendiri ataupun orang lain, aku berusaha untuk melakukannya dengan tulus tanpa mengharapkan balasan. Sehingga saat segala sesuatu tidak terjadi sesuai harapanku, aku bisa menerimanya dengan berbesar hati….

Hari ini, aku membagi pemahaman ini pada seorang teman yang sudah dengan berani mengambil tindakan besar untuk masa depannya dengan segala resiko yang harus ditanggungnya. Aku hanya berdoa, semoga ia diberi kekuatan untuk melalui semuanya. Di dalam keyakinannya yang tertuang dalam doa-doanya, semoga ia bisa melakukannya dengan tulus, tak harap kembali, sehingga saat doa-doa itu tidak terjawab, masih ada keyakinan dan kebaikan yang tetap bisa dilakukan….

Read Full Post »

Jodoh

Kalau mendengar kata ‘jodoh’ apa yang ada dalam pikiranmu? Sebagian besar orang akan bicara mengenai pasangan hidup, ya tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Beberapa hal membuatku berpikir mengenai makna ‘jodoh’ lebih dalam.

Kita mungkin pernah dengar dalam konteks mencari pekerjaan, seseorang tidak diterima di suatu perusahaan untuk pekerjaan tertentu, dan ada yang mengatakan ‘belum jodoh’. Lain lagi saat aku sedang mencari rumah, semula sudah ada 1 rumah yang aku, kakak dan adikku suka, tapi akhirnya rumah tersebut sudah keburu dibeli orang lain. Akhirnya kami hanya bisa berkata ‘ya mungkin belum jodoh, karena cari rumah juga jodoh-jodohan’.  Yang paling meninggalkan kesan adalah saat aku menonton drama “Seputih Cahaya Rembulan” dalam salah satu episode-nya A Cua terpaksa harus berjanji kepada ibu mertua-nya untuk tidak menjadi Bhiksuni, dan ia akhirnya dengan berbesar hati menerima itu dengan mengatakan kurang lebih seperti ini: “Mungkin dalam kehidupan ini aku belum berjodoh untuk menjadi seorang Bhiksuni.”

Dari contoh-contoh itu jelas makna ‘jodoh’ sangat luas sekali, tidak terbatas pada masalah hubungan antar manusia tapi juga dengan kejadian ataupun hal-hal di luar itu. Sebenarnya buatku makna dari kata ‘jodoh’ lebih pada ikatan karma. Pada kehidupan ini aku berjodoh dengan kedua orang tuaku, kakak-adikku dan saudara-saudaraku sehingga kami bisa menjadi keluarga. Dalam kehidupan ini aku berjodoh bertemu dengan sahabat-sahabatku. Semua itu erat kaitannya dengan karma masa laluku tentunya. Tapi ‘jodoh’ ini sendiri kusadari punya batas waktu. Tadi pagi aku berusaha mengingat-ingat berapa banyak teman lamaku yang sudah sama sekali tidak pernah berhubungan denganku, baik yang sudah pernah bertemu atau bahkan belum pernah sama sekali. Lucu ya, belum pernah bertemu sama sekali tapi bisa disebut berjodoh? Ya aku merasa berjodoh, karena sebagian dari mereka bisa membawa perubahan untuk diriku.

Aku jadi teringat seorang teman lama yang kutemui di dunia maya. Kami bisa begitu akrab walaupun tidak pernah bertatap muka secara langsung terlebih jarak yang jauh, dia di Australia sementara aku di Jakarta. Waktu itu masa-masa sulit dalam hidupku, kehilangan, sakit hati, semua masalah yang kualami bisa kubagi dengannya. Aku baru menyadari mungkin kalau dulu aku tidak punya sahabat sepertinya yang bisa memberiku semangat untuk terus berjuang, menghiburku saat kesusahan, aku belum tentu bisa jadi seperti sekarang ini. Itulah gunanya seorang sahabat, sahabat yang bisa dengan tiba-tiba hadir dalam hidupku karena ‘jodoh’. Sayangnya kami sampai sekarang tidak pernah bertemu, anehnya aku malah sudah pernah bertemu dengan istrinya. Mungkin belum ‘jodoh’ aku bertemu dengannya. Sejak tahun 2004 malah kami tidak pernah lagi berhubungan… sayang sebenarnya, seorang sahabat yang baik yang sempat memberikan warna dalam hidupku yang meninggalkan jejak dalam hatiku…. Sempat terpikir untuk menghubunginya kembali tapi entah kenapa sampai detik ini belum kulakukan, apalagi waktu berlalu sudah begitu lama, kadangkala aku berpikir apakah ia masih mengingat diriku? Bisa jadi tidak, padahal waktu itu walaupun terpisah jarak jauh, aku merasa sangat dekat…. ya mungkin ‘jodoh’ kita sebagai sahabat memang hanya sebatas itu….

Ada lagi seorang teman, kami bertemu waktu kuliah, beberapa kesamaan membuatku merasa cocok dengannya. Beberapa teman sempat menuduhkan aku jatuh cinta padanya. Tapi entah kenapa aku bisa mengatakan ‘tidak’. Bagiku dia lebih dari sekedar sahabat, kakak dan orang yang aku kagumi. Aku tau begitupun dengan dirinya, baginya aku juga hanya seorang sahabat. Dengan segala kekurangan dirinya yang aku tau, aku bisa menerima dia apa adanya sebagai sahabat yang menjadikan kami begitu dekat sebatas kesamaan hobby. Berbeda dengan sahabatku sebelumnya dimana aku bisa menumpahkan segala isi hatiku, masalahku, untuk sahabatku yang ini aku tidak ingin membagi itu semua dengannya. Cukup kami berbagi hobby dan kesukaan yang sama. Dan aku menangis untuk sahabatku yang satu ini, saat aku menyadari kami telah menjadi begitu jauh karena kesibukan masing-masing. Padahal untuk sahabat yang pertama dimana aku berbagi lebih banyak hal, saat kami tidak lagi berhubungan aku tidak terlalu merasa kehilangan…. Entahlah apakah ini ada kaitannya dengan ‘jodoh’? Mungkin karena rasa sayangku pada sahabatku yang kedua lebih besar daripada pada sahabatku yang pertama? Aku tidak tau….

Masih banyak lagi sahabat-sahabatku yang telah datang dengan sendirinya karena ‘jodoh’ dan sekarang sudah tak pernah lagi berhubungan denganku yang mungkin juga karena ‘jodoh’ yang sudah berakhir? Tapi yang pasti semua sedikit banyak telah meninggalkan bekas di hatiku….

‘Jodoh’ yang paling kurasakan adalah saat harus kehilangan orang yang aku sayangi. Sampai sekarang masih sering aku menyesali kenapa ‘waktu’ datang begitu cepat, ‘waktu’ bagiku untuk mengakhiri ‘jodoh’ ku dengan papi di kehidupan ini…. Kadangkala aku masih berharap papi bisa ada di tengah-tengah kami saat ini. Tapi kembali lagi, ‘jodoh’ atau ‘ikatan karma’ antara papi dan kami sudah harus berakhir, mau tidak mau aku harus menerimanya dengan berbesar hati…. Semoga di kehidupan yang akan datang kita masih bisa berjodoh sehingga aku bisa membalas budi kepada papi yang mungkin tidak sempat kulakukan di kehidupan sekarang.

Jadi apalah artinya ‘jodoh’? Ada pertemuan dalam satu kesempatan, dan ada perpisahan saat ikatan berakhir….

“Dedicated to my old friend Danny Wirawan (wherever you are), although we’d never met each other but you mean so much to me…. Thanks for being such friend during my difficult times…. “

Read Full Post »

Pilihan Dalam Hidup

“Life is a choice” kalimat ini kuyakini memang benar, bahwa hidup adalah sebuah pilihan. Menjadi baik ataupun buruk adalah pilihan, kita sendiri yang menentukan akan jadi seperti apa diri kita kelak di dalam kehidupan ini ataupun kehidupan yang akan datang.

3 hari yang lalu aku berkesempatan untuk melihat dan merasakan cinta yang universal melampaui batas ras, agama, suku, status sosial dan tanpa pamrih saat menghadiri perayaan ulang tahun ke 5 Rusun Cinta Kasih Tzu Chi. Entah kenapa pula, setiap kali menonton tayangan drama di DAAI TV, membaca ataupun mendengarkan kata-kata perenungan dari Master Cheng Yen, ada keharuan yang membuatku selalu tak kuasa untuk menitikkan air mata. Seperti ada perasaan aneh yang mengusik hatiku dan aku tak tau apa itu.

Kadangkala aku menyesal karena sampai sekarang belum ada kesempatan bagiku untuk mengenal Tzu Chi lebih jauh dan turut ambil bagian di dalamnya. Saat melihat apa yang sudah dilakukan oleh mereka para relawan Tzu Chi, dan melihat orang-orang yang berbahagia karena pertolongan itu, rasanya ada kerinduan untuk turut melakukan hal yang sama. Aku jadi berpikir tentang hal ini….

Setelah satu demi satu masalah bisa terselesaikan dan timbul masalah baru lainnya, akhirnya aku tau apa yang ingin aku lakukan dalam hidup ini…. aku mulai membuat banyak rencana untuk ke depan. Aku ingin mengajak mami untuk jalan-jalan ke luar negeri, aku ingin membeli mobil, aku ingin kuliah lagi…. semua keinginan itu tentunya bukan tanpa dasar, bahkan aku sudah mengurutkan berdasarkan prioritas…

Yang pertama tentunya aku ingin mengajak mami jalan untuk membahagiakan dirinya, walaupun aku tau kebahagiaan mami bukan semata-mata karena hal itu saja, tapi aku hanya ingin ia bisa merasakan itu…. Lalu aku ingin membeli mobil, karena apa? Aku butuh, dan aku butuh bukan semata-mata untuk kesenangan, tapi aku berharap bila ada mobil aku bisa mengajak mami jalan, mengajak mami ke wihara, ke rumah temannya atau kemanapun yang ia mau dan tidak lagi bergantung kepada orang lain… Dan yang terakhir, aku ingin kuliah lagi.. untuk apa? Bukan hanya karena ini adalah cita-cita ku dari kecil yang ingin sekolah terus… tapi saat ini aku sudah tau kemana arahnya hidupku, aku ingin kuliah psikologi supaya aku bisa menggunakannya untuk membantu orang-orang di sekelilingku… Entahlah kadangkala aku merasa aku memiliki talenta untuk memahami orang lain, karena itu aku berharap kelak dengan bekal ini aku bisa berbuat lebih banyak untuk menolong orang lain….

Masih banyak hal yang ingin kulakuan karena itulah aku masih ingin sendiri…. bukan karena aku sombong ataupun egois, tapi bagiku dengan sendiri aku bisa melakukan hal-hal yang aku mau tanpa membuat orang lain kecewa. Karena hidup berumah tangga tidaklah mudah, bila sudah memutuskan untuk menjadi seorang istri hendaknya menjadi istri yang baik dan menjalankan kewajiban terhadap suami. Menjalankan kewajiban sebagai ibu terhadap anak-anak. Atas dasar pertimbangan itu aku memilih untuk sendiri dan melakukan banyak hal yang sebelumnya belum sempat untuk kulakukan….

Tapi ternyata aku diperlihatkan pada kenyataan dan dihadapkan pada pilihan lagi…. Mami memang tidak pernah memaksaku, apalagi selalu dengan tegas kukatakan agar jangan memaksaku untuk married, karena itu adalah komitmen seumur hidup yang harus kujalankan sendiri. Tapi kemarin waktu aku mendengar kata-kata ini di telepon yang keluar dari mulut adik papiku, “Susuk sehat-sehat, susuk akan sehat-sehat dan menunggu Jenny dan Koko berkeluarga….” rasanya seperti sebuah tamparan keras yang menyadarkanku dari mimpi yang tak ingin kuakhiri….  Aku mulai merenungi mengapa setiap orang tua berharap anak mereka hidup berumah tangga? Kalau aku jadi orang tua apa yang aku rasakan? Aku sampai pada kesadaran bahwa semua orang tua tentunya berharap anak mereka dapat hidup bahagia. Semua orang tua selalu ingin melindungi anaknya, tapi sampai kapan? Lamanya hidup tidak bisa diduga, kematian bisa kapan saja datang pada siapapun. Orang tua kita hanya merasa mereka akan ‘pergi’ terlebih dahulu dari kita, karenanya mereka harus memastikan kita, anaknya, akan baik-baik saja sepeninggal mereka. Lalu siapa yang bisa diharapkan oleh mereka untuk menjaga kita? Itulah alasannya kenapa setiap orang tua berharap anaknya hidup berumah tangga, supaya ada yang menjaga kita menggantikan mereka menjaga kita…. Aku jadi semakin menyadari bahwa ternyata cinta orang tua begitu besarnya sampai mereka memikirkan hal ini….

Hal ini tentu mengusik hatiku, apakah aku ingin membuat orang tua ku kelak mengkhawatirkanku bahkan sampai akhir hidupnya. Aku juga jadi berpikir, aku melihat begitu banyak relawan Tzu Chi, pria dan wanita, ada yang tua dan ada yang muda, sebagian besar mereka juga berkeluarga, tetapi mereka tetap bisa melakukan kebaikan, membantu orang lain?

Aku sampai pada satu keputusan…aku tau apa yang ingin kulakukan dalam hidupku, aku tau tidak semua keinginanku bisa aku wujudkan, aku tau bakti terhadap orang tua adalah hal yang sudah sepatutnya, karenanya aku sudah menetapkan pilihan untuk memasrahkan hidupku….

Aku hanya bisa berdoa, jika dalam kehidupan ini karma mengharuskanku untuk hidup berumah tangga, semoga aku dipertemukan dengan jodoh yang memiliki kemurahan hati dan kebijaksanaan yang bisa mendukungku untuk mewujudkan harapan dan keinginanku untuk membantu sesama dan membagi cinta kasih yang tak terbatas….

Read Full Post »