“Life is a choice” kalimat ini kuyakini memang benar, bahwa hidup adalah sebuah pilihan. Menjadi baik ataupun buruk adalah pilihan, kita sendiri yang menentukan akan jadi seperti apa diri kita kelak di dalam kehidupan ini ataupun kehidupan yang akan datang.
3 hari yang lalu aku berkesempatan untuk melihat dan merasakan cinta yang universal melampaui batas ras, agama, suku, status sosial dan tanpa pamrih saat menghadiri perayaan ulang tahun ke 5 Rusun Cinta Kasih Tzu Chi. Entah kenapa pula, setiap kali menonton tayangan drama di DAAI TV, membaca ataupun mendengarkan kata-kata perenungan dari Master Cheng Yen, ada keharuan yang membuatku selalu tak kuasa untuk menitikkan air mata. Seperti ada perasaan aneh yang mengusik hatiku dan aku tak tau apa itu.
Kadangkala aku menyesal karena sampai sekarang belum ada kesempatan bagiku untuk mengenal Tzu Chi lebih jauh dan turut ambil bagian di dalamnya. Saat melihat apa yang sudah dilakukan oleh mereka para relawan Tzu Chi, dan melihat orang-orang yang berbahagia karena pertolongan itu, rasanya ada kerinduan untuk turut melakukan hal yang sama. Aku jadi berpikir tentang hal ini….
Setelah satu demi satu masalah bisa terselesaikan dan timbul masalah baru lainnya, akhirnya aku tau apa yang ingin aku lakukan dalam hidup ini…. aku mulai membuat banyak rencana untuk ke depan. Aku ingin mengajak mami untuk jalan-jalan ke luar negeri, aku ingin membeli mobil, aku ingin kuliah lagi…. semua keinginan itu tentunya bukan tanpa dasar, bahkan aku sudah mengurutkan berdasarkan prioritas…
Yang pertama tentunya aku ingin mengajak mami jalan untuk membahagiakan dirinya, walaupun aku tau kebahagiaan mami bukan semata-mata karena hal itu saja, tapi aku hanya ingin ia bisa merasakan itu…. Lalu aku ingin membeli mobil, karena apa? Aku butuh, dan aku butuh bukan semata-mata untuk kesenangan, tapi aku berharap bila ada mobil aku bisa mengajak mami jalan, mengajak mami ke wihara, ke rumah temannya atau kemanapun yang ia mau dan tidak lagi bergantung kepada orang lain… Dan yang terakhir, aku ingin kuliah lagi.. untuk apa? Bukan hanya karena ini adalah cita-cita ku dari kecil yang ingin sekolah terus… tapi saat ini aku sudah tau kemana arahnya hidupku, aku ingin kuliah psikologi supaya aku bisa menggunakannya untuk membantu orang-orang di sekelilingku… Entahlah kadangkala aku merasa aku memiliki talenta untuk memahami orang lain, karena itu aku berharap kelak dengan bekal ini aku bisa berbuat lebih banyak untuk menolong orang lain….
Masih banyak hal yang ingin kulakuan karena itulah aku masih ingin sendiri…. bukan karena aku sombong ataupun egois, tapi bagiku dengan sendiri aku bisa melakukan hal-hal yang aku mau tanpa membuat orang lain kecewa. Karena hidup berumah tangga tidaklah mudah, bila sudah memutuskan untuk menjadi seorang istri hendaknya menjadi istri yang baik dan menjalankan kewajiban terhadap suami. Menjalankan kewajiban sebagai ibu terhadap anak-anak. Atas dasar pertimbangan itu aku memilih untuk sendiri dan melakukan banyak hal yang sebelumnya belum sempat untuk kulakukan….
Tapi ternyata aku diperlihatkan pada kenyataan dan dihadapkan pada pilihan lagi…. Mami memang tidak pernah memaksaku, apalagi selalu dengan tegas kukatakan agar jangan memaksaku untuk married, karena itu adalah komitmen seumur hidup yang harus kujalankan sendiri. Tapi kemarin waktu aku mendengar kata-kata ini di telepon yang keluar dari mulut adik papiku, “Susuk sehat-sehat, susuk akan sehat-sehat dan menunggu Jenny dan Koko berkeluarga….” rasanya seperti sebuah tamparan keras yang menyadarkanku dari mimpi yang tak ingin kuakhiri…. Aku mulai merenungi mengapa setiap orang tua berharap anak mereka hidup berumah tangga? Kalau aku jadi orang tua apa yang aku rasakan? Aku sampai pada kesadaran bahwa semua orang tua tentunya berharap anak mereka dapat hidup bahagia. Semua orang tua selalu ingin melindungi anaknya, tapi sampai kapan? Lamanya hidup tidak bisa diduga, kematian bisa kapan saja datang pada siapapun. Orang tua kita hanya merasa mereka akan ‘pergi’ terlebih dahulu dari kita, karenanya mereka harus memastikan kita, anaknya, akan baik-baik saja sepeninggal mereka. Lalu siapa yang bisa diharapkan oleh mereka untuk menjaga kita? Itulah alasannya kenapa setiap orang tua berharap anaknya hidup berumah tangga, supaya ada yang menjaga kita menggantikan mereka menjaga kita…. Aku jadi semakin menyadari bahwa ternyata cinta orang tua begitu besarnya sampai mereka memikirkan hal ini….
Hal ini tentu mengusik hatiku, apakah aku ingin membuat orang tua ku kelak mengkhawatirkanku bahkan sampai akhir hidupnya. Aku juga jadi berpikir, aku melihat begitu banyak relawan Tzu Chi, pria dan wanita, ada yang tua dan ada yang muda, sebagian besar mereka juga berkeluarga, tetapi mereka tetap bisa melakukan kebaikan, membantu orang lain?
Aku sampai pada satu keputusan…aku tau apa yang ingin kulakukan dalam hidupku, aku tau tidak semua keinginanku bisa aku wujudkan, aku tau bakti terhadap orang tua adalah hal yang sudah sepatutnya, karenanya aku sudah menetapkan pilihan untuk memasrahkan hidupku….
Aku hanya bisa berdoa, jika dalam kehidupan ini karma mengharuskanku untuk hidup berumah tangga, semoga aku dipertemukan dengan jodoh yang memiliki kemurahan hati dan kebijaksanaan yang bisa mendukungku untuk mewujudkan harapan dan keinginanku untuk membantu sesama dan membagi cinta kasih yang tak terbatas….
Dilandasi tekad tuk’ semata-mata
(berjuang) demi kebahagiaan semua mahluk
yang lebih berharga ketimbang permata
dengan penuh kasih mereka’kan kupeluk
~ Langri Thangpa ~