Hari Sabtu kemarin aku menghadiri satu acara seminar dengan salah satu pembicaranya adalah YM.Bhante Uttamo. Seminar ini mengambil tema ‘Sukses Meraih Impian dengan Buddhisme di Tahun 2009’. Bhante menyampaikan bahwa untuk bisa sukses meraih impian, terlebih dahulu kita harus tau apa yang menjadi impian kita. Untuk itu kita perlu mengetahui kecenderungan bakat atau kemampuan apa yang kita miliki. Pada sesi tanya jawab, seorang peserta menanyakan kepada Bhante, bagaimana Pangeran Siddharta yang memiliki kecenderungan bergelimang harta, pangkat dan kedudukan bisa memilih menjadi seorang pertapa dan berhasil menjadi seorang Buddha. Saat itu Bhante menjawab bahwa kecenderungan Pangeran Siddharta tidak hanya pada harta dan kedudukkannya, tetapi ia sudah diramalkan akan menjadi seorang raja yang terkenal atau menjadi seorang pertapa yang hebat. Bahkan di usia yang belia Pengeran Siddharta sudah mencapai tingkat kesucian Sotapana, dan hal ini menunjukkan bakatnya. Jadi memang ada dua kecenderungan yang pada akhirnya salah satu telah dipilih oleh Pangeran Siddharta, yaitu menjadi seorang pertapa yang kemudian menjadi Buddha. Pada akhirnya semua itu balik lagi kepada ‘pilihan’ karena apa yang terjadi dalam hidup kita ini adalah sebuah ‘pilihan’.
Setelah mendengar penjelasan itu, aku mulai berpikir, dalam hidup ini kita memang seringkali dihadapkan tidak hanya dengan satu pilihan, kadangkala lebih dari dua pilihan yang harus kita hadapi. Kita mungkin saja memiliki banyak kemampuan dan juga cita-cita, tapi kita biasanya harus menentukan satu pilihan yang akan benar-benar kita jalani, supaya pilihan yang merupakan impian kita itu bisa terwujud. Jika kita terlalu serakah ingin semua impian itu terwujud, kita biasanya justru tidak bisa mewujudkan bahkan satu saja diantaranya, karena kita sulit untuk berupaya secara maksimal pada semua impian itu sekaligus. Belum lagi apabila dari impian-impian itu ada yang saling bertentangan. Bayangkan bagaimana kehidupan seorang raja yang bergelimang harta dan kekuasaan dibandingkan dengan kehidupan seorang pertapa? Bisa dipastikan kita tidak akan bisa meraih keduanya sekaligus. Karena itulah pangeran Siddharta telah memilih satu dan pergi meninggalkan yang lainnya.
Dibutuhkan keberanian yang besar untuk memilih, saat kita dihadapkan pada pilihan yang bertolak belakang, dimana saat kita memilih yang satu berarti kita meninggalkan yang lainnya. Saat menetapkan pilihan mungkin banyak pertimbangannya, yang kadangkala juga mendatangkan rasa cemas, takut dan rasa bersalah. Tapi saat tekad sudah dibulatkan, dengan dilandasi tujuan yang baik untuk kebahagiaan banyak orang, keberanian itu pastilah datang dengan sendirinya.
Kemarin juga aku melihat bagaimana teman-temanku yang telah memilih jalan hidup mereka sebagai perumahtangga. Aku melihat satu fase kehidupan sudah mereka lalui dan mereka sudah memasuki fase yang lainnya. Aku bisa menyaksikan bagaimana mereka bermetamorfosis menjadi bentuk yang lebih sempurna dengan bertambahnya usia dan kematangan. Dari seorang gadis biasa menjadi seorang istri lalu seorang ibu. Tapi yang mengherankan aku tidak bisa melihat keindahan di dalamnya. Aku dapat merasakan cinta yang mereka miliki, tapi kenapa saat yang bersamaan aku juga merasakan adanya masalah dan penderitaan? Entahlah, justru bukan keinginan untuk menjadi seperti mereka yang timbul di hatiku, tetapi justru dorongan yang mengatakan bahwa menjadi seperti itu adalah halangan untuk bisa mewujudkan keinginanku?
Memasuki tahun ini, dengan berbagai peristiwa yang kualami, juga karena mengetahui kenyataan bahwa aku pernah menjadi seorang bhikkuni di kehidupan yang lalu, sedikit demi sedikit keinginan itu timbul. Sayangnya keberanianku masih belum cukup, aku masih butuh sedikit saja waktu lagi untuk bisa sampai pada keputusan itu. Seperti yang Bhante Uttamo katakan, masih dalam seminar yang sama, menjawab pertanyaan bagaimana caranya agar kita bisa berani, aku masih harus mengumpulkan informasi. Informasi yang cukup sehingga aku bisa memahami dan bisa menyingkirkan rasa takut yang menjadi belenggu. Agar aku menjadi berani untuk memilih jalanku sendiri, seperti yang dilakukan oleh Pangeran Siddharta….
Leave a Reply