Beberapa waktu yang lalu saat sedang memindahkan file-file lagu ke dalam laptop, tanpa sengaja saya melihat sebuah file lagu lama yang sangat saya sukai. Lagu Can’t Cry Hard Enough, yang pernah dinyanyikan oleh William Brothers, tapi kebetulan file yang saya punya ini versi yang dinyanyikan oleh penyanyi wanita: Bellefire. Saya sangat suka lagu ini, entah mengapa, mungkin karena lirik dan melody nya yang mellow atau memang karena kebetulan saya suka jenis musiknya. Lagu ini menceritakan tentang kehilangan orang yang dikasihi. Iseng-iseng saya putar lagu ini dan coba mendengarkan liriknya satu per satu.
I let go of you like, a child letting go of his kite
There it goes up in the sky
There it goes beyond the clouds
for no reason why…
Ah, tiba-tiba saja saya merasa lirik ini begitu indah… lirik ini memberi saya sedikit pencerahan.
Setelah mengenal Dharma, saya menyadari bahwa ‘keterikatan’ seringkali menjadi sumber ‘ketidakpuasan’. Karena keterikatan pada benda-benda yang kita sayangi, keterikatan akan pangkat dan kedudukan kita, saat itu semua ‘pergi’ dari kita, entah karena rusak, hilang, ataupun diambil secara paksa dari kita, biasanya itu membuat kita menjadi bersedih, marah dan beribu perasaan tidak menyenangkan lainnya. Begitu pula dengan keterikatan akan orang-orang yang kita sayangi dan cintai. Suatu bentuk keterikatan yang menurut saya sangat halus, sehingga seringkali tidak kita sadari, karena sebagian bersembunyi dibalik tameng rasa sayang dan kesetiaan.
Coba anda tanya diri anda, apakah rasa cinta dan kesetiaan yang membuat anda begitu menyayangi keluarga anda, ayah ibu, kakak adik, suami istri dan anak-anak anda? Atau adakah si ‘monster ego’ dalam diri anda yang perlahan-lahan membangun tameng ‘keterikatan’ anda pada mereka semua?
Perpisahan dengan orang yang kita cintai, putus dengan pacar, ataupun kematian orang yang kita cintai membuat kita sedih. Kita sedih karena tidak lagi bisa bersama-sama dengan orang-orang itu. Kita sedih karena kita terlalu terikat. Seringkali keterikatan itu membuat kita menutup rapat hati kita dan kita hanya hidup dalam kenangan akan mereka, tanpa berusaha untuk melihat ke depan, ke kehidupan yang masih harus kita jalani. Begitu hebatnya ‘keterikatan’ ini sampai-sampai seringkali merusak masa depan kita.
Sebait lirik lagu tadi telah menyadarkan saya dan mengajarkan saya bagaimana caranya untuk belajar tidak terikat. Sebuah filosofi sederhana dari seorang anak yang bermain layang-layang…
Kalau anda pernah bermain layang-layang saat anda kecil, apa yang paling membuat anda senang? Saat melihat layang-layang itu bisa terbang tinggi, semakin tinggi, tinggi…hingga mencapai awan bukan? Begitu juga seharusnya kita belajar untuk melepas, belajar untuk tidak terikat pada yang kita cintai, apapun itu. Semakin anda bisa melepaskan diri dari keterikatan, semakin kebahagiaan itu bisa anda rasakan. Sekalipun terbang begitu tinggi, masih ada benang yang menghubungkan anda dengan layang-layang itu, anda masih bisa mengendalikannya, terhubung dengannya. Sama halnya dalam hidup ini, tidak terikat dengan apa yang anda cintai bukan berarti anda cuek dan serta merta tidak terkait sama sekali. Ada ikatan yang tetap menghubungkan anda, tetapi anda tidak menjadi terikat olehnya, anda yang mengendalikannya.
Sampai suatu saat, angin tidak bersahabat dengan anda, menerbangkan layang-layang anda ke arah pohon sehingga tersangkut lalu putus benangnya, dan anda kehilangan layang-layang itu. Mungkin ada layang-layang lain yang tiba-tiba menyabotnya dan benang layang-layang anda tidak cukup kuat sehingga putus. Atau tanpa ada sebab yang jelas, benang itu putus begitu saja.
Sewaktu anda kecil, apa yang anda rasakan saat benang layangan anda putus dan anda kehilangan layang-layang anda? Saya masih ingat, sedikit rasa sedih karena saya harus kehilangan layang-layang itu, tapi kesedihan itu hanya sebentar dan sama sekali tidak mengganggu aktivitas saya lainnya, tidak menggangu kehidupan saya. Bahkan pernah saat saya sedang bermain begitu asyiknya bersama kakak dan adik saya, layang-layang yang putus itu tidak membuat saya sedih justru sebaliknya malah membuat kami tertawa-tawa?
Demikianlah dalam hidup, karena kita semua memahami bahwa segala sesuatu selalu berubah, akan sampai saatnya kita harus berpisah dari apa yang kita cintai, seperti layang-layang yang putus benangnya. Berakhir sudah ikatan kita dengan yang kita cintai, apapun itu termasuk kehidupan kita sendiri. Dan seperti anak kecil yang kehilangan layang-layangnya, kehilangan itu tidak akan sampai menghancurkan kita.
Belajarlah untuk tidak terikat dengan menganggap apa yang ada pada hidup kita ini bagaikan layang-layang. Semakin jauh kita melepasnya semakin bahagia kita rasa. Sampai saatnya benang yang menghubungkan kita dengan itu semua putus, dan kita terpisah darinya. Saat itu kita masih tetap bisa tersenyum dan tidak kehilangan kebahagiaan sejati kita.
“I let go of you like, a child letting go of his kite…”
Jakarta, 29 Juni 2009
~Jennifer~
Leave a Reply