Dari dulu gue benci yang namanya ‘perpisahan’, entah karena gue yang terlalu sentimentil ataukah ini karena masalah ‘keterikatan’ gue yang terlalu kuat. Bentar lagi gue bakal menghadapi yang namanya ‘perpisahan’, pisah dengan teman-teman kantor gue yang sekarang, pisah dengan suasana kerja yang sekarang, pisah dengan produk yang gue pegang sekarang, pokoknya pisah dengan apa yang sudah gue jalani hampir 3 tahun ini karena gue akan pindah kerja.
Dari dulu yang namanya ‘perpisahan’ pasti selalu buat gue menangis. Gue orang yang keras, dan beratnya hidup jarang buat gue nangis, hanya satu hal yang dapat dipastikan buat gue nangis yaitu ‘perpisahan’. Sebelum ini dah 3 kali gue pindah kerja, dan last day di kantor selalu gue isi dengan air mata. I hate being weak! Tapi gue gak bisa juga menyetop air mata ini keluar karena sedihnya ‘perpisahan’ yang harus gue rasakan.
Bicara perpisahan gak lepas dari yang namanya kematian, karena kematian adalah sebuah ‘perpisahan’ untuk selama-lamanya. Mendekati hari-hari terakhir di kantor, ditambah lagi sekarang ini bulan Oktober, membuat gue jadi sedih. Bulan Oktober selalu membuat gue sedih, karena di bulan ini, tujuh tahun yang lalu, gue harus mengalami yang namanya ‘perpisahan’ untuk selama-lamanya. Perpisahan gue dari orang yang paling gue sayangin, papi gue. Sebuah perpisahan terberat yang harus gue alami dalam hidup gue, yang sampai sekarang masih belum bisa gue ‘lepaskan’. There’s a missing puzzle in my heart and it has made me feel not complete…
Semua yang namanya teori akan ‘perpisahan’ sudah gue ketahui, kalau ditanya sudah paham atau belom? Mungkin baru setengah, karena memahami seharusnya bisa mempraktekkannya, tapi gue sama sekali belum bisa mempraktekkannya. Gue hanya memahami sebatas teori. Gue tau kalau gak ada yang abadi, gue tau kalau semua ini hanya sementara, gue tau kalau masa lalu tidak seharusnya terus digenggam, gue tau kalau kita tidak seharusnya ‘terikat’, but all seems bull shit when you can’t do it! Memang bicara itu mudah, tetapi melakukannya itu yang sulit. Apa gue gak pernah berusaha melakukannya? I’m trying but still can’t overcome it…
Memang benar, berpisah dengan orang yang dicintai itu ketidakpuasan… and I’m just like the other human, masih diliputi yang namanya nafsu keinginan, karena masih ada ‘aku’, karena ‘aku’ tidak ingin kehilangan ‘milikku’…
Gue benci perpisahan, karena perpisahan selalu membuat gue menangis dan air mata membuat gue terlihat lemah. Gue benci perpisahan, tapi gue harus menghadapinya, dan melawan pun percuma, jadi ya dinikmati saja segala kesedihan yang ada, hingga tiada lagi rasa…
Jakarta, 13 Oktober 2009
~Jen~