Beberapa hari ini suasana hatiku sedang tidak menentu, mungkin tepatnya agak mellow. Bukan karena gejala penyakit wanita bulanan, tapi entahlah, sepertinya ada pesan yang tak tersampaikan yang masih harus kutemukan jawabnya. Jujur aku tidak suka dalam kondisi ini, saat aku kehilangan gairah, menjadi malas bicara dan yang terparah adalah menangis tanpa sebab dan aku tidak bisa mengontrol air mataku.
Heh rasanya sangat melelahkan, kalau pagi-pagi saat harus bergelut dengan macetnya jalanan ibukota, tiba-tiba kamu merasa begitu sedih dan menangis, tapi kamu bahkan tidak tahu apa yang membuatmu sedih, karena memang kamu tidak sedang memikirkan hal apapun yang membuatmu sedih, tapi ya itulah yang terjadi padaku. Ketidaknormalan yang seringkali melelahkanku dan menjadikanku orang yang aneh. Beberapa hari yang lalu saat melihat awan di langit yang cerah, awalnya aku merasa begitu gembira, tapi sesaat kemudian air mata mulai menetes dari kedua mataku. Aku jadi ingat, sejak kecil aku sangat suka memandang awan-awan yang berarak di langit. Seringkali aku membayangkan bentuk-bentuk tertentu dari awan-awan itu, tapi setelah itu aku merasa sedih dan menangis. Setiap kali memandang awan di langit terbersit rasa senang sekaligus sedih, entah mengapa, seolah di atas sana di balik awan-awan itu, ada sesuatu yang begitu kurindukan dan ingin kugapai namun tak pernah berhasil kuraih.
Aku jadi ingat, kira-kira dua bulan yang lalu, saat pulang dari kantor melewati jalan tol di saat senja, tiba-tiba melintas sekawanan burung yang seolah hendak pulang ke sarangnya. Saat melihat mereka, seketika aku merasa begitu gembira. Sungguh aneh, perasaannya tak bisa kulukiskan dengan kata-kata. Aku seolah melihat ‘teman-temanku’, setelah sekian lama terpisah dari mereka, sehingga aku merasa begitu gembira. Malamnya saat hendak tidur, aku kembali teringat akan kawanan burung itu, dan aku mulai menangis, merasakan kerinduan yang sekian lama terpendam, dan dari dalam hatiku seperti berteriak, “aku ingin pulang”, “aku rindu untuk kembali”… Aku hanya merasa sudah terpisah sekian lama dari ‘keluargaku’, ‘teman-temanku’ dan dari tempat di mana seharusnya aku berasal. Aku begitu ingin pulang, bersama kawananku….
Sebenarnya hari itu aku ingin menuliskan perasaanku itu, tapi entah mengapa selalu tidak ada waktu, sampai hari ini, saat suasana hatiku sedang tidak terlalu baik, sehingga aku memilih menyepi di tengah keramaian orang-orang yang sedang menikmati secangkir kopi, tanpa sengaja aku membaca sebuah artikel di web Tzu Chi mengenai kegiatan Tzu Ching Camp Internasional, dan di dalam artikel tersebut terulis sebuah judul lagu 燕子歸來 (Yan Zi Gui Lai) yang berarti ‘Burung Walet Pulang Kembali’. Isi lagu ini mengandung makna kembalinya sekelompok murid dari berbagai negara ke ‘kampung halaman batin’ yang diumpamakan sebagai sekelompok burung walet yang kembali pulang. Seketika aku jadi teringat kembali akan peristiwa kawanan burung itu, ingat akan perasaanku saat itu.
Mungkin memang tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, dan setiap tanyaku selalu terjawab meskipun kadangkala membutuhkan waktu. Aku tahu sudah saatnya aku ‘pulang’, kembali ke ‘kawananku”, kembali ke “rumahku”. Dan bukan sebuah kebetulan pula kalau nama mandarinku adalah 燕妮 (yen nie) yang berarti “burung walet perempuan”. Sekumpulan burung yang kulihat sore itu, perasaanku saat melihat mereka, dan berbagai pertanda lain yang mungkin sebagian besar belum kusadari, sebenarnya menuntunku untuk “kembali”.
Tekadku sudah bulat, ikrar sudah terucap, jalan sudah terbentang, tinggallah kakiku yang melangkah. Tinggal sayap kubentangkan untuk terbang kembali pulang bersama kawananku, kembali ke ‘rumahku’. Semoga cuaca bersahabat, semoga langit merestui perjalananku, semoga awan senantiasa menemaniku, dan cahaya mentari menyinari jalanku, dalam perjalanan pulangku, ke pangkuan “ibu” yang senantiasa menungguku kembali. Aku akan ‘pulang’, pasti….
Jakarta, 8 January 2013
~Jen~
7.33 pm
Leave a Reply