Feeds:
Posts
Comments

Archive for June 13th, 2014

Pernah gak sih loe bayangin kalau loe itu bakal pergi ke negara-negara di mana menurut orang yang mungkin punya kemampuan khusus, loe itu pernah hidup dan tinggal di negara itu? Gue dah dua kali mengalami hal ini. Eits tentu saja karena gue adalah seorang Buddhist n di ajaran yang gue anut percaya adanya kelahiran kembali, maka gue bisa bilang begini. Buat loe pada yang gak percaya ya anggap saja tulisan gue ini sebuah cerita fiksi penghilang rasa bosan πŸ˜›

Ok kembali ke pengalaman gue ya, yang pertama gue dibilang pernah lahir sebagai perempuan India penjual kain sari. Hohoho… India…gak kebayang gue pernah jadi orang India. Tapi cerita ini juga lucu, awalnya gue bisa tau ini karena ada satu acara dimana gue ketemu dengan salah satu anak indigo beserta keluarganya. Waktu itu adalah pertama kalinya gue ketemu mereka. Anehnya saat pertama melihat mama si anak, gue seperti merasa kenal, sampai gue berusaha mengingat-ingat siapa ya ini orang? Di mana ya gue ketemu dia? Dan lebih aneh lagi, ternyata perempuan itu merasakan hal yang sama dengan gue! Dia bahkan sampai bertanya ke gue, apakah gue tinggal di sebuah tempat yang mungkin dekat dengan rumahnya? Gue jawab nggak, bahkan gue mungkin baru pertama kali itu ketemu dia. Singkat cerita ternyata kemudian si anak menyampaikan bahwa gue dan mamanya dulu ternyata berteman baik, kami waktu itu sama-sama lahir di India, dan gue saat itu terlahir sebagai seorang perempuan India penjual kain sari! Wah rasanya lucu ya kalau kita tahu seperti itu, dan gue jadi mikir oh ternyata karena itu mungkin ya pertama kali gue kerja dengan orang India dan di perusahaan garmen! Gak jauh-jauh dari kain ya? Hahaha…

Lalu cerita gak berhenti di sini, taon lalu karma baik gue berbuah, gue punya kesempatan untuk pergi ke India! Ke tempat-tempat bersejarah dalam ajaran Buddha. Gue seneng karena bisa ‘pulang’ ke kampung halaman gue hehehe… Dan ada satu cerita saat gue di sana. Selain untuk ziarah, kelompok tour gue sempat mengunjungi salah satu tempat kerajinan kain sari yang katanya dulu adalah pembuat kain untuk para raja. Saat itu gue dan beberapa orang sedang asik mengamati seorang bapak tua dengan badan yang hitam legam dan kurus kering dan hanya berkaus singlet putih, sedang membuat sulaman kain sari. Entah bagaimana tiba-tiba si bapak tua ini berhenti bekerja dan berbalik ke arah gue, melambaikan tangan meminta lengan gue dan memasangkan tali ungu dengan benang emas ke pergelangan tangan gue. Saat itu gue sedikit bingung, setelah selesai memasangkan gue tali sebagai gelang, gue memberi si bapak tua ini sedikit uang sebagai imbalan. Entah kenapa setelah itu perasaan gue gak karuan, ada perasaan haru yang gue rasakan. Antara rasa sedih, bahagia, rindu dan sayang, semua bercampur jadi satu. Sesaat gue jadi teringat perkataan tentang kehidupan gue sebagai perempuan India penjual kain sari. Mungkin saja bapak tua ini adalah cicit buyut keturunan gue? Entahlah… Dari sekian banyak orang yang ada di sana kenapa dia memilih gue yang pertama untuk diberikan gelang itu? Dan sorot matanya yang seakan bicara meski mulutnya tak mengeluarkan sepatah katapun tapi ada rasa yang tersampaikan dari dirinya ke gue. Gue sedikit menitikkan air mata saat itu. Siapapun dia, gue selalu percaya tidak ada kebetulan di dunia ini. Bisa bertemu berarti ‘berjodoh’, ada ikatan di antara kami dan benang ungu berlapis emas yang dia sematkan di pergelangan tangan gue seakan menguatkan itu.

image

Dan sekarang cerita berikutnya. Lagi-lagi karma baik gue berbuah, gue punya kesempatan ‘pulang’ lagi, kali ini ke Myanmar, The Golden Land, negara di mana katanya dulu gue pernah hidup sebagai seorang Bhiksuni. Ya gue adalah seorang biarawati Buddhist, begitu katanya, dan gue percaya itu, karena apa? Karena ikatan gue terhadap ajaran ini sangat kuat, kalau gue tidak pernah menjadi seorang Bhiksuni, mungkin gue saat ini belum tentu bisa memiliki karma baik sehingga bisa mengenal ajaran Buddha, dan gue sangat bersyukur karenanya. Menginjakkan kaki di negara ini rasanya tidak pernah mimpi sebelumnya, tapi gue percaya semua ini sudah diatur oleh ‘yang maha pengatur’.

Tidak ada perasaan apapun saat tiba di negara ini, rasanya biasa saja walau mungkin secara suasana kota sangat tidak asing karena sedikit mirip dengan Indonesia tanah kelahiran gue sekarang. Semua biasa sampai satu kali saat makan siang di sebuah restoran yang menghidangkan makanan khas Myanmar, setelah makan dikeluarkanlah 3 toples kecil, yang 2 berisi seperti kacang dan yang satu makanan pencuci mulut di dalam toples tersebut sedikit mirip kacang chesnut. Dari ketiga toples gue paling tertarik dengan si kacang chesnut, maka gue membuka toples itu. Karena sebenarnya sedikit gak yakin dengan isinya, maka yang pertama gue lakuin adalah mencium bau makanan yang ada di dalam toples itu. Hei ternyata aromanya seperti gula jawa! Gula jawa alias gula aren yang sangat gue suka. Tanpa pikir panjang gue ambil sepotong dan memasukkannya ke dalam mulut. Benar saja ini gula jawa! Hahaha gue girang banget, kenapa? Gue suka banget makanin gula jawa! Dari kecil kebiasaan gue adalah mengambil potongan gula jawa dari dapur dan memakannya begitu saja. Dulu gue dan juga orang di sekitar gue pikir kebiasaan gue makan gula jawa ini karena gue suka permen jadi gue juga suka makan gula jawa. Tapi ternyata sekarang ada alasan lain, rupanya gula aren yang ada di toples itu adalah kebiasaan orang Myanmar yang menyajikannya sebagai makanan penutup mulut atau camilan, dan kebiasaan gue suka makan gula jawa alias gula aren mungkin karena gue pernah lahir sebagai orang Myanmar! Dan gue akhirnya beli tuh gula aren made in Myanmar di supermarket!

image

Hahaha…lucu ya? Ya…kalau mau dihubung-hubungkan sih semua bisa aja, sekarang balik lagi ke pribadi masing-masing. Tapi buat gue semua semakin jelas terlihat. Semua tanya gue satu persatu mulai terjawab. Mungkin semua masih jauh, terlalu jauh bahkan. Tapi gue tau gue terus melangkah maju. Sekalipun banyak hal yang mungkin tampaknya tidak sesuai dengan harapan gue, tapi itu tadi gue selalu percaya kepada ‘yang mengatur’, ‘karma’ gue yang mengatur segalanya, yang membawa gue sejauh ini, bahkan sampai ke negara ini, tempat yang gue tau pastinya sangat berarti buat gue.

Dan tulisan ini akan gue akhiri dengan satu pesan buat seseorang yang saat ini gue tau sangat membutuhkannya. Percayalah kadangkala semua hal tampaknya berjalan tidak seperti yang kita rencanakan, kita harapkan dan kita pintakan dari Tuhan. Tapi ‘Tuhan’ gak pernah tidur, dia akan selalu menuntun kita ke tempat dan situasi yang sesuai untuk kita, bukan ke tempat atau situasi yang kita inginkan. Karena yang kita inginkan kadangkala hanyalah yang baik menurut kita, bukan yang memang sesungguhnya baik untuk kita. Apapun situasi yang kita hadapi, tetaplah menjaga hati agar senantiasa lapang dan bersih. Karena hati loe adalah tempat di mana Tuhan berada…

Yangon – Myanmar, 13 Juni 2014
~Jen~
11.00 pm waktu Myanmar

Read Full Post »