Kalau baca judul tulisan ini, pasti tau donk, kali ini gue lagi di Myanmar. Yak hampir setahun yang lalu gue menginjakkan kaki di negara ini, dan sekarang kembali lagi gue datang ke sini. Masih dengan urusan yang sama, pekerjaan, yang membuat gue mungkin akan sering mengunjungi beberapa negara di Asia Tenggara. Ini hari terakhir gue di sini dalam kunjungan gue yang kedua di negara ini. Seperti biasa, hari terakhir gue sambil menunggu detik-detik pulang, gue menyempatkan diri menulis.
Tidak banyak yang terlalu berubah dari negara ini setahun yang lalu, walaupun ada juga yang berubah sangat drastis, salah satunya adalah handphone. Tahun lalu waktu ke sini gue masih gak beli nomor lokal, karena harganya masih di atas 500 ribu rupiah, tapi tahun ini harga simcard udah murah, hanya sekitar 15ribu rupiah untuk nomor baru, dan voucher isi ulang kurang lebih 5,000 kyatt atau plus minus 60rb rupiah, gue udah bisa akses internet. Hampir setiap orang sudah pegang handphone, dan di jalan banyak ditemui brandingan lebih dari satu provider telepon sellular. Ditambah lagi yang paling gue notice adalah sekarang banyak Billboard mengiklankan produk-produk Handphone lebih dari satu merek, mulai dari merek terkenal dengan tipe terbarunya hingga handphone cina. Waktu satu tahun sudah cukup membawa kemajuan dalam hal telekomunikasi.
Membandingkan negara yang baru membuka diri 3 tahun terakhir ini dengan negara-negara lain yang juga sering gue kunjungi, gue cuma merasa di sini waktu berjalan sedikit lambat, dan suasana di sini cenderung lebih tenang dan kalem. Berbeda dengan Kamboja, gue hanya merasa di sana suasana lebih ‘hidup’. Mungkin karena nuansa Buddhist di Myanmar sini masih kental, ditambah negara ini sebelumnya juga masih tertutup, menjadikan suasananya jadi tenang seperti ini. Setiap pagi gue masih melihat barisan Bhikku maupun Bhikkuni berpindapata, dan entah kenapa saat melihat barisan Bhikkuni kecil yang berjalan sambil melantunkan syair-syair, ada rasa haru di hati gue.
Sebelum berangkat ke sini, otak gue masih dipenuhi satu pertanyaan besar, tapi entah kenapa mungkin suasanan tenang di sini membuat gue bisa berpikir jernih, dan sepertinya gue udah punya jawaban atas pertanyaan itu.
Gue udah harus jalan ke airport, padahal masih banyak yang pengen gue tulis, mungkin nanti setelah balik ke Jakarta gue akan menulis satu per satu apa yang ada di pikiran gue saat gue berkunjung ke Golden Land, tanah di mana gue pernah hidup dan membina diri, jauh di masa yang lalu…
Yangon, 13 April 2015
~Jen~
12.16 PM waktu Myanmar
Leave a Reply