Semua orang pastilah memiliki impian atau sebuah harapan yang ingin diwujudkan. Sayangnya tidak semua orang memperjuangkan impiannya ini, dan sebaliknya ada yang terlalu ngotot mengejar impiannya sehingga tidak mau melihat kenyataan yang ada. Menyaksikan film ‘UP’ produksi Disney Pixar, membuat saya merenung dan belajar akan hal ini.
Carl, tokoh utama pria dalam film tersebut, seorang penjual balon, punya sebuah impian masa kecil bersama dengan almarhumah istrinya, Ellie. Mereka mempunyai impian untuk pergi berpetualang ke Amerika Selatan dan membangun sebuah rumah di dekat air terjun di sana. Sayangnya dalam perjalanan hidup mereka banyak hal yang membuat impian itu tidak pernah terwujudkan, walaupun mereka sudah mengusahakannya. Sampai akhirnya Ellie meninggal dunia dan meninggalkan impian itu untuk Carl seorang diri.
Carl yang hidup seorang diri sepeninggal Ellie, menjadi seorang pemurung, dan mengurung dirinya dari dunia luar. Carl terus ‘hidup’ dalam mimpinya bersama Ellie untuk pergi bepetualang ke Amerika Selatan. Sampai suatu hari dengan mengikatkan balon yang banyak pada rumahnya, Carl pergi bertualang dengan rumah terbangnya menuju Amerika Selatan. Di sini saya belajar bahwa dibutuhkan keinginan yang kuat untuk bisa mencapai sebuah impian, walaupun impian itu terlihat mustahil.
Tetapi cerita tidak berhenti di sini, petualangan Carl menjadi bertambah seru dengan kehadiran Russell, seorang anak laki-laki kecil yang sedang berusaha mendapatkan lencana ‘membantu orang tua’ dari perkumpulan pecinta alam, yang tanpa sengaja ikut di dalam petualangan Carl.
Singkat cerita, Carl bertemu dengan idola masa kecilnya, Charles Muntz, seorang penjelajah dan petualang. Tetapi di luar dugaan, Muntz menginginkan Kevin, seekor burung langka yang bersahabat dengan Russel. Muntz menginginkan Kevin untuk membuktikan kepada dunia bahwa ia tidaklah berbohong, karena sebelumnya Muntz dituduh telah berbohong dengan mengatakan bahwa ada burung langka sejenis Kevin. Seperti kebanyakan manusia yang masih diliputi oleh kesombongan dan keserakahan, begitupula halnya dengan Muntz. Demi harga diri dan ego semata, Muntz dengan tega berusaha menyingkirkan Russel dan Carl untuk mendapatkan Kevin.
Carl sendiri ternyata juga bersikap egois, bagi Carl mewujudkan impiannya bersama Ellie adalah yang paling utama. Hal ini membuat Carl jadi mengorbankan Kevin. Demi melindungi rumahnya yang dibakar oleh Muntz, Carl telah membiarkan Kevin ditangkap oleh Muntz dan mengingkari janjinya pada si kecil Russel untuk menjaga Kevin. Bahkan Carl tidak mau perduli lagi dengan Russel, baginya yang terutama adalah membawa ‘rumah’nya ke pinggir air terjun seperti mimpinya bersama Ellie.
Saat sedang membuka buku petualangan milik Ellie, tanpa sengaja Carl membuka halaman yang selama ini dikiranya kosong, halaman yang seharusnya berisikan hal-hal yang akan dilakukan Ellie bila ia berhasil pergi ke Amerika Selatan. Ternyata di halaman-halaman itu sudah terisikan oleh foto-foto kenangan mereka berdua, mulai dari foto pernikahan mereka, foto saat mereka piknik , foto saat mereka bersantai, dan di akhir bagian tertulis ucapan terima kasih Ellie untuk ‘petualangan’ indah yang sudah diberikan Carl untuknya.
Sebuah pelajaran yang sangat berharga yang saya dapatkan. Seringkali kita hidup untuk mengejar apa yang kita inginkan, apa yang menjadi impian kita, sehingga kita jadi tidak dapat menikmati hidup kita. Kita lupa, bahwa ternyata selain impian itu, hidup ini bisa memberikan kita kebahagiaan yang lain, dan Ellie sudah mengajarkan kita untuk bersikap demikian. Ellie mungkin saja sangat ingin pergi ke Amerika Selatan, tetapi di luar impian itu Ellie dapat ‘melihat’ bahwa hidup yang dijalaninya bersama dengan Carl, jauh lebih berharga daripada impian masa kecilnya. Ellie bisa ‘menemukan’ kebahagiaan itu dengan hidup di dalam kenyataan. Dan hal inilah yang semula tidak disadari oleh Carl yang selalu berpikir bahwa kebahagiaan buat Ellie adalah bila berhasil mewujudkan impian masa kecilnya.
Setelah menyadari kesalahannya, Carl lalu berusaha menolong Kevin dari sandera Muntz. Akhir cerita, Muntz berakhir mengenaskan, tewas dengan harga diri dan egonya, sementara Carl bisa berbahagia di masa tuanya ditemani si kecil Russel yang semula hidup kesepian tanpa perhatian dari kedua orangtuanya.
Di dalam hidup ini, kita semua boleh memiliki impian yang setinggi-tingginya dan sudah seharusnya pula kita memperjuangkan mimpi itu. Namun yang perlu diingat, dalam mencapai impian itu hendaknya kita tidak mengorbankan orang lain, karena pada akhirnya itu tidak akan membuat kita bahagia. Dan harus kita sadari, bahwa kadangkala tidak semua impian kita dapat terwujud, sekeras apapun usaha kita untuk mewujudkannya. Untuk itulah, di dalam mengejar impian, kita juga tidak boleh membutakan mata kita, menutup telinga kita rapat-rapat, dan mematikan perasaan kita sendiri sehingga kita jadi tidak bisa melihat dan merasakan, bahwa selain impian itu, kita hidup dalam kenyataan, dan kita masih bisa menemukan kebahagiaan di dalam kenyataan itu, bukan semata-mata dari impian kita saja. Hidup saat ini, adalah yang utama, berbahagia dengan apa yang kita miliki serta berpuas diri, tampaknya adalah hal yang mudah, tapi tidak semua orang bisa melakukannya. Ellie tidak membuang mimpinya, seumur hidup ia dan Carl tetap mengusahakannya, tetapi disamping itu, dia bisa menemukan kebahagiaan dari hidup bersama dengan Carl daripada sekedar mengejar impiannya yang memang sampai akhir hayatnya tidak pernah terwujud.
Semoga kita semua bisa bersikap seperti Carl, yang memiliki keinginan dan tekad yang kuat untuk mewujudkan impiannya. Namun kita juga harus bersikap seperti Ellie, bisa menemukan kebahagiaan dari hidup kita yang nyata, bukan dari impian kita saja.
Jakarta, 17 Agustus 2009
~Jen~
yang saya pelajari dari film ini adalah,
-> gantungkan cita-citamu setinggi langit. Tapi juga harus tau bagaimana melepaskannya atau kapan melepasnya…
Yup bener Vip… karena tidak semua mimpi bisa kita raih… 🙂