Sebenarnya apa sih yang disebut dengan eksistensi? Mengapa rasanya begitu banyak orang-orang yang mengejar hal ini? Eksistensi, keberadaan, dianggap ada dan nyata, penting sekali ya buat seseorang? Seorang teman bilang ‘seseorang akan merasa hidup bila diakui keberadaannya’. Terus terang ini membuatku menjadi berpikir, ‘hidup’ seperti apa yang dimaksud? Sebenarnya ini bukan masalah ’hidup’ itu sendiri. Pengakuan, ya sebenarnya orang hanya butuh sebuah pengakuan atas dirinya. Karena seseorang hanya menuruti ‘ego’ nya untuk mempertegas ‘aku’ yang sesungguhnya tidak ada.
Untuk masalah yang satu ini, aku tidak asal bicara, karena selama 29 tahun hidupku di dunia ini, hal itulah yang selalu aku kejar. Menyedihkan, tetapi untungnya aku memilki kesempatan untuk menyadarinya, menyadari kalau aku telah salah. Menyadari kalau selama ini hidupku sungguh menyedihkan karena berusaha membuat sesuatu menjadi nyata, sesuatu yang sesungguhnya hanyalah ilusi belaka. Menuliskan hal ini sebenarnya sama dengan memperlihatkan kebodohan yang pernah aku lakukan. Menuliskan ini seperti melihat kembali luka yang pernah aku alami. Tetapi kalau aku bisa belajar dari kesalahan dan rasa sakit ini, demikian pula harapanku bahwa ini juga bisa menjadi pelajaran buat orang lain.
Sebagai anak perempuan yang lahir di tengah keluarga yang masih menjunjung tinggi garis keturunan, aku ini bukan apa-apa. Ditambah lagi dengan seorang ayah yang kaku dan bukan orang yang mudah mengekspresikan rasa sayangnya, membuat aku bermain dengan persepsiku sendiri. Kupikir aku harus ‘melakukan sesuatu’ supaya aku ‘dilihat’, supaya orang lain tahu kalau aku ‘ada’ dan tentunya supaya aku ‘disayang’. Untuk itulah segala cara kulakukan, aku harus bisa segalanya, aku harus bisa menjadi anak yang baik, yang manis, penurut, pintar, dan segala lainnya yang dianggap hebat dan baik untuk ukuran seorang anak di mata orang tuanya dan di mata siapa saja. Aku berusaha menyenangkan semua orang, supaya aku juga disenangi semua orang. Tanpa kusadari sekuat apapun aku berusaha selalu saja ada yang kurang… dan karena aku bukan orang yang mudah menyerah, semakin gigih pula aku berusaha memperlihatkan ‘keberadaanku’.
Lalu yang menjadi pertanyaan, bahagiakah aku dengan itu semua? Sama sekali tidak ternyata… kekecewaan demi kekecewaan seringkali harus kutelan, karena setelah apa yang kuperbuat, tetap tidak bisa membuat orang lain senang, tidak membuat orang lain jadi ‘melihat’ diriku. Menyedihkan sekali, mencoba melakukan sesuatu, agar ‘dianggap ada’, agar aku tidak merasa ‘sendiri’. Dan yang lebih parah, dengan kepergian ayahku untuk selama-lamanya dari kehidupan ini, berarti ‘pengakuan’ terbesar itu tidak akan pernah aku dapatkan. Lalu apa gunanya lagi yang kulakukan selama ini? Semua jadi terlihat sia-sia dan aku kehilangan pegangan dan tempat berpijak… Karena selama ini aku tidak berusaha berdiri di atas kakiku sendiri, karena aku selalu berusaha mendapatkan pengakuan dan kebahagiaan dari orang lain!
Bertahun-tahun menjalani hidup seperti ini membuatku menjadi begitu angkuh, karena aku terus memupuk ’ego’ dalam diriku, ’ego’ yang membuat ’aku’ menjadi ’ada’. Tapi sebaliknya juga ini membuatku menjadi minder, merasa tidak nyaman berada di tengah-tengah orang banyak, karena takut ’tidak dianggap’ oleh mereka. Dan yang pasti aku merasa lelah… sangat lelah karena terus berusaha memperlihatkan keberadaanku dengan menyenangkan semua orang. Aku lelah karena kadangkala tidak bisa menjadi diriku sendiri… bahkan sampai sekarang seringkali aku masih tidak bisa mengenali diriku yang sesungguhnya…
Tetapi dalam hidup kita bisa memilih, memilih untuk terus tenggelam dalam mimpi yang hanyalah ilusi, atau berusaha untuk bangun dan menghadapi kenyataan yang sesungguhnya. Dan rasa sakit telah membuatku belajar dan akhirnya memutuskan untuk bangun dari mimpi burukku selama ini. Aku membuka hatiku, mencoba melihat hidup ini dari sudut pandang yang berbeda. Mencoba merubah diriku, menemukan kebahagiaan dari dalam diriku, bukan dari orang lain atau dari apapun juga. Kusadari ini telah membuatku merasa bebas dan berbahagia.
Seringkali dalam hidup ini, dengan segala permasalah yang dimiliki masing-masing orang, kita jadi merasa hidup ini begitu berat, merasa kita seorang diri, kesepian dan tidak berarti. Masing-masing orang punya caranya sendiri untuk ’lari’ dari masalah tanpa berusaha menghadapinya. Seseorang yang tampaknya baik-baik saja belum tentu begitu adanya, sebaliknya yang terlihat bermasalah bisa jadi sebenarnya baik-baik saja. Banyak orang memakai ’topeng’ untuk menutupi ’diri’ yang sebenarnya. Permasalahan terbesar dalam hidup ini sebenarnya apa sih? Apa yang membuat orang jadi merasa kesepian? Butuh pengakuan? Permasalahannya semua bersumber dari ’ego’ dalam diri kita masing-masing. Karena ’ego’ membuat kita ingin dianggap ’ada’.
Berusaha mencari pengakuan diri dari orang lain, saat kita tidak mendapatkannya hanya membuat diri kita kecewa dan ini tidak akan berhasil. Walau bagaimanapun jika ingin berbuat baik untuk orang lain, seharusnya dilakukan dengan tulus, tanpa berharap balasan apapun, terlebih balasan yang berupa sebuah ’pengakuan’ atas diri kita.
Untuk teman-temanku yang seringkali merasa kesepian, dan mencoba ’lari’ dengan caranya masing-masing, memakai ’topeng’ yang bermacam-macam rupa, secara keras kukatakan ’BANGUNLAH’! Jangan terlelap dalam ’ilusi’ yang menyeretmu pada penderitaan! Temukanlah kebahagiaan dalam dirimu, oleh dirimu sendiri! Kalau orang bisa mengatakan object itu netral, mengapa harus merasa ’sendiri’? Mengapa harus merasa ’kesepian’? Bukankah itu timbul karena sebuah ’persepsi’ atas sebuah ’kondisi’? Dan dengan demikian kamu tidak lagi memandang object itu netral! Aku bukan orang yang bisa bermulut manis, maka kukatakan dengan jelas dan keras sekali lagi, kita tidaklah butuh pengakuan atas keberadaan kita! Karena sesungguhnya eksistensi hanyalah sebuah ilusi! Hadapilah kenyataan yang ada, dan suatu saat nanti kamu akan menyadari bahwa tidak ada ’diri’ ini sesungguhnya…
Jakarta, 2 September 2009
~Jen~
bahkan untuk mengejar itu, melelahkan sekali; dan kadang-kadang kita jadi melewatkan hal-hal baik, indah dan membahagiakan yang muncul – namun tidak kita sadari, karena sibuk mengejar eksistensi.
hanya kalau kita menjadi ‘biksu/biksuni atau pastor’ saya percaya kita bisa menghilangkan diri (‘aku’) seutuhnya. selama masih ada ikatan duniawi, ‘aku’ pasti ada.
terbaik yang bisa sy lakukan hanyalah menyeimbangkan spiritual dan duniawi sehingga kita menjalankan hidup ini lebih baik dan benar, sehingga kita tetap melangkah dijalan yang mendekatkan kita pada nibbana.
“hanya kalau kita menjadi ‘biksu/biksuni atau pastor’ saya percaya kita bisa menghilangkan diri (‘aku’) seutuhnya” => belum tentu juga Hao, even seorang Bhikku/Bhikkuni belum tentu bisa terbebas dari ‘aku’. Tetapi mungkin memang dengan kondisi mereka akan lebih mudah untuk bisa mencapainya, kembali lagi tergantung masing-masing orang.
Yup setuju untuk point kedua… 🙂
ups.. u r rite… belum tentu, apalagi gw tambahkan ‘seutuhnya’.. hehe..