Setiap orang pasti punya impian dalam hidupnya, saya, anda, dia, mereka, masing-masing pasti punya impian yang hanya kita sendiri yang tahu. Sejujurnya beberapa orang juga masih tidak begitu paham sebenarnya apa sih impian atau cita-citanya? Sewaktu saya kecil, saya pernah bercita-cita jadi penari ballet, padahal belajar ballet pun saya tidak pernah. Saya hanya suka melihat keindahan dari kostum maupun gerak si penari ballet, karena itu dalam hati saya lalu timbul keinginan untuk menjadi ballerina.
Di lain waktu saya sempat pula begitu ingin menjadi pemain ice skating, sempat terpikir ingin punya toko kue yang lucu ataupun membuka bridal. Karena terlalu banyak keinginan saya, mami saya sampai bilang, “ah kamu terlalu banyak maunya tapi tidak ada satupun yang ditekuni”. Setelah saya dewasa saya pikir ada benarnya sih omongan mami saya, tapi saya jadi kembali mikir, semua keinginan-keinginan itu hanyalah sekedar ‘ingin’ sesaat saja, tapi bukan benar-benar impian saya.
Tidak mudah menemukan apa yang benar-benar menjadi impian kita. Sepanjang hidup saya selama lebih dari 30 tahun ini, rasanya baru sekitar 8 tahun yang lalu untuk pertama kalinya saya benar-benar memahami apa impian saya sebenarnya. Ternyata saya begitu ingin menjadi seorang marketer dimana produk yang saya hasilkan dapat dikenal dan digunakan serta bermanfaat bagi orang banyak. Hmmm impian yang cukup sederhana ya, tapi ternyata untuk menyadarinya saya butuh 26 tahun.
Ternyata semua impian itu juga ada dasarnya, mengapa saya bisa begitu ingin jadi seorang marketer? Ternyata kalau saya coba ingat-ingat lagi, dari kecil saya sudah terbiasa membantu papi saya jualan di toko yang menjadi mata pencaharian keluarga kami, dan seringkali di waktu senggang saya dan papi, berdua, membahas banyak hal sehubungan dengan produk yang dijual di toko kami. Papi saya adalah guru marketing saya yang pertama, dan bagi saya ia sangat hebat. Mungkin kebiasaan kecil ini dan rasa sayang saya kepada papi saya yang membuat hal ini begitu membekas di hati saya dan akhirnya menjadi jalan yang saya pilih untuk karir saya.
Tapi layaknya cerita sinetron ataupun dongeng, kehidupan nyata juga seperti itu adanya. Mengejar impian itu ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dalam perjalanan karier saya yang terbilang rata-rata relatif singkat, saya seringkali dihadapkan pada situasi yang membuat saya tidak dapat meraih apa yang saya impikan. Namun sejauh ini saya sangat konsisten dengan impian saya sehingga pada akhirnya menyebabkan saya sering pindah kerja seolah saya ini kutu loncat yang tidak betah. Hanya saya yang tau alasan mengapa saya pindah dari satu tempat ke tempat lain, apapun alasan yang saya katakan jelas hanya akan terdengar sebagai ‘excuse’ bagi orang lain. Tapi saya tidak perduli, setiap langkah yang saya ambil bagi saya adalah yang terbaik untuk saya, untuk impian saya, toh nyatanya sampai detik ini saya merasa akhirnya benar-benar bisa lengkap belajar.
Kembali kepada impian, saat ini saya merasa sudah dihadapkan pada sebuah tantangan, impian saya ada di depan mata dan menanti untuk saya wujudkan, namun ternyata lagi-lagi hidup ini memang ternyata layaknya sinetron, nasib baik ternyata memang jarang berpihak pada saya. Impian saya kembali terbentur satu hal. Saya sedih, sangat sedih, karena untuk melepas sesuatu yang begitu kamu cintai itu tentunya sangatlah berat. Tapi saya menyadari, saya pun tidak boleh egois, ada kepentingan yang lebih besar yang harus saya pikirkan. Maka dengan berat hati kembali kali ini saya harus membuang impian saya.
Ternyata rasanya sangat menyakitkan, memang dibutuhkan kekuatan yang besar untuk dapat melepas, karena satu sisi kamu berhadapan dengan ego-mu sendiri. Tapi hidup tidak berhenti sampai di sini, betapapun menyedihkannya, menyakitkannya, semua adalah pilihan yang sudah saya ambil dan sebagai konsekuensinya harus saya terima dengan lapang dada.
Dalam setiap peristiwa selalu ada pelajaran dan hikmah buat kita, segala rasa sakit bagaikan obat yang jika kita yakini akan menyembuhkan sebagian dari diri kita yang ‘sakit’. Hidup adalah sebuah proses, setiap peristiwa harus kita hadapi dengan berani dengan sepenuh hati, rasa syukur dan ikhlas. Mungkin nilai-nilai inilah yang masih harus saya pelajari sehingga selalu saja saya menghadapi rintangan dalam menggapai impian saya.
Saya percaya ada rencana besar di balik ini semua, tujuan hidup saya yang mendasar, yang lebih dari sekedar impian ini. Bagaimana saya harus belajar melepas ego saya, melatih kesabaran saya dan semuanya untuk tujuan akhir yang saya yakini lebih indah, yang sudah ‘Tuhan’ siapkan untuk saya. Semoga saya diberikan kesabaran, ketabahan, ketulusan, keikhlasan dan kebaikan dalam menghadapi semua permasalahan ini. Sadhu sadhu sadhu.
Jakarta, 17 November 2012
~Jen~
Leave a Reply